Pasuruan (ANTARA News) - Hendri Handoko (22), yang diduga sedang mengalami stres berat, nekat memanjat menara telepon seluler setinggi 72 meter di Jl. Raya By Pass Pandaan, Pasuruan, Jawa Timur, Selasa (19/5).
Ulah Rendri itu menarik perhatian orang yang lewat, sehingga menghambat laju kendaraan yang melintas Jl. Raya Bay Pass Pandaan. Hendri Handoko diketahui warga telah berada di atas menara telepon seluler sekitar pukul 11.00.
Namun saat itu warga masih membiarkannya, sementara petugas keamanan juga belum ada yang datang, karena di lokasi menara telepon seluler itu diguyur hujan yang cukup lebat.
Meski demikian, Hendri masih tetap bertahan di atas menara. Bahkan ketika sejumlah warga berusaha membujuk turun dengan lampaian tangan saat huan telah reda, Rendri membalasnya dengan lambaian tangan sambil menari-nari di puncak menara.
Kapolsek Pandaan AKP Arief Budi S yang datang ke lokasi juga berusaha membujuk turun Hendri lewat megapon. Namun ajakan tersebut tidak dihiraukan Hendri.
Keluarga Hendri juga telah berusaha membujuknya turun dengan sambil membawa mobil kesukaannya. Namun usaha tersebut juga gagal membujuknya turun.
Kapolsek Pandaan kemudian juga menurunkan tim SAR Brimob Polwil Malang untuk menjemput Hendri Handoko ke puncak menara. Namun Irwanto, orang tua Hendri Handoko keberatan dengan upaya tersebaut, dengan alasan anaknya sangat takut dengan polisi.
Solusi yang diambilnya adalah mengajak Irwanto ikut naik menjemput Hendri ke puncak menara dengan dikawal anggota Brimob. Namun sesampai puncak usaha tersebut juga ditolak Hendri. Ulah Hendri makin nekat, ia bahkan makin naik ke puncak menara, sehingga warga yang menyaksikan saling berteriak histeris.
Irwanto bersama anggota Brimob yang telah sampai ke puncak menara lebih memilih mengalah turun, dan tidak memaksa Hendri. Hingga Selasa malam pukul 19.30, Hendri masih berada di atas menara.
Hendri Handoko adalah anak pertama dari tiga bersaudara. Anak lajang pengusaha toko besi yang cukup maju di Kota Pandaan ini diduga sedang mengalami stres berat.(*)
Pewarta:
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2009