Jakarta (ANTARA News) - Pemerintah Indonesia memandang bahwa ASEAN Plus Three dan East Asia Summit (APT/EAS) adalah dua buah proses yang saling melengkapi.
Bahkan kerja sama tersebut memperkuat kerjasama kawasan ASEAN, kata Dirjen Kerjasama ASEAN, Departemen Luar Negeri, Djauhari Oratmangun pada seminar bertema "Kemitraan RI-China dalam Bingkai Kepentingan Nasional dan Regional" di Jakarta, Selasa.
"Karena APT/EAS tersebut, Asean menjadi `the driving force` dari kedua mekanisme kerjasama regional," ia menambahkan.
Dalam seminar itu, yang diselenggarakan Departemen luar Negeri, dijelaskan bahwa APT/EAS merupakan proses yang sama penting dalam mengantarkan integrasi kawasan Asia Timur.
Terbentuknya kerjasama APT dipicu terjadinya krisis keuangan Asia sekitar 1997. Sementara EAS adalah satu forum regionalisme terbuka yang muncul di kawasan Asia Timur.
Anggota EAS terdiri dari 10 negara ASEAN dan ditambah Australia, China, India, Jepang, Republik Korea dan Selandia Baru.
Djauhari menyatakan dalam kaitannya dengan integrasi kawasan Asia Timur, Indonesia berpandangan bahwa ASEAN harus terlebih dahulu berkosentrasi untuk mewujudkan "ASEAN Community" pada 2015.
"Kerjasama dalam kerangka APT atau EAS harus diarahkan untuk membantu perwujudan ASEAN community 2015 yang hanya mungkin terjadi setelah 2015 ketika ASEAN community tersebut terwujud," ujar dia.
Peran China dalam proses integrasi kawasan Asia Timur, ia menjelaskan negara itu paling aktif dalam kerjasama APT. Beberapa proyek kerjasama dalam kerangka APT telah dilaksanakan pada 2008.
Selain proyek, katanya menambahkan, China juga berkonstribusi dalam pembentukan dana awal ASEAN Plus Three Cooperation Fund (APTCF), dengan konstribusinya senilai 900.000 dolar AS. Dana awal APTCF sebesar 3.000.000 dolar AS.
"Dana APTCF akan digunakan untuk mendukung implementasi proyek-proyek yang telah ditetapkan dalam `the second joint statemen on East Asia Cooperation beserta work plan 2007-2017," jelas dia.
Seminar tersebut juga menghadirkan sejumlah pemakalah, antara lain Duta Besar RRT untuk RI, Zhang Qiyue, Duta Besar RI untuk RRT, Sudrajat, Wakil ketua penasehat KADIN Sofyan Wanandi serta Presiden dan CEO PT Huawei Tech Invesment, Ma Yue.(*)
Pewarta:
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2009