Kolombo (ANTARA News/AFP) - Pemerintah Sri Lanka hari Senin mengumumkan berakhirnya konflik puluhan tahun dengan Macan Tamil setelah pasukan menumpas sisa-sisa kekuatan pemberontak tersebut dan membunuh pemimpinnya, Velupillai Prabhakaran.
Militer mengatakan, pasukan komando menguasai daerah terakhir Macan Tamil, membunuh 300 gerilyawan yang tersisa dan menghabisi pemimpin mereka.
Menurut militer, Prabhakaran dan dua wakilnya ditembak mati ketika berusaha melarikan diri dengan sebuah mobil dan ambulan.
"Kita telah berhasil mengakhiri perang," kata Menteri Pertahanan Gotabhaya Rajapakse kepada presiden, Senin, dalam upacara yang disiarkan televisi secara nasional.
Pemimpin militer Letjen Sarath Fonseka juga mengumumkan berakhirnya semua operasi tempur.
"Jasad Prabhakaran termasuk diantara 300 mayat teroris yang kami temukan," kata Jendral Fonseka di televisi pemerintah. "Kini seluruh negeri dinyatakan terbebas dari terorisme."
Sejumlah pejabat mengatakan, seluruh pemimpin pemberontak tewas dalam operasi terakhir di sebuah kawasan danau dan hutan di wilayah timurlaut.
Prabhakaran dan dua wakilnya berusaha melarikan diri dari pasukan yang bergerak maju dengan menggunakan sebuah ambulan dan kendaraan lain namun diserang oleh pasukan komando, kata seorang pejabat tinggi kementerian pertahanan kepada AFP.
"Ia tewas bersama dua orang lain di dalam kendaraan," kata pejabat itu.
Pengujian DNA dan pemeriksaan forensik sedang dilakukan terhadap mayat para pemimpin Macan Tamil itu, kata sumber-sumber pertahanan.
Kementerian pertahanan mengatakan, pasukan juga membunuh dua deputi Prabhakaran -- pemimpin Macan Laut Kolonel Soosai dan kepala intelijen LTTE Pottu Amman.
Tokoh penting lain Macan Tamil yang juga tewas adalah putra Prabhakaran, Charles Anthony (24), pemimpin sayap politik B. Nadesan dan pemimpin Sekretariat Perdamaian LTTE yang sudah tidak berfungsi lagi, S. Pulideevan.
Situs pro-pemberontak Tamilnet mengatakan, LTTE telah memberi tahu Palang Merah dan PBB bahwa mereka telah menghentikan perang dan ingin menyerahkan diri, dan laporan-laporan awal mengindikasikan mengenai pembantaian yang dilakukan oleh militer Sri Lanka.
Pernyataan pemerintah Kolombo pada Senin itu menandai berakhirnya salah satu konflik etnik paling lama dan brutal di Asia yang menewaskan puluhan ribu orang dalam berbagai pertempuran, serangan bunuh diri, pemboman dan pembunuhan.
Beberapa waktu terakhir ini Sri Lanka memang telah yakin bahwa mereka berada di ambang kemenangan perang atas LTTE setelah pertempuran 37 tahun dan menolak seruan-seruan internasional, termasuk negara-negara yang tergabung dalam G8 dan PBB, untuk menghentikan perang.
Presiden Sri Lanka Mahinda Rajapakse telah beberapa kali mendesak pemberontak Macan Tamil menyerah untuk menghindari pembasmian total.
Rajapakse, yang juga panglima tertinggi angkatan bersenjata, juga menolak seruan-seruan bagi gencatan senjata dan menekankan bahwa Macan Tamil harus meletakkan senjata dan mengizinkan warga sipil keluar dari daerah-daerah yang masih mereka kuasai.
Gerilyawan Tamil dikepung selama berbulan-bulan di sebuah daerah hutan kecil oleh pasukan yang tampaknya hampir mengakhiri perang separatis mereka.
Macan Tamil mengakui telah kehilangan sejumlah wilayah dalam pertempuran dengan pasukan pemerintah dan menuduh Kolombo membunuhi warga sipil.
Militer membantah hal itu dan mengatakan, warga sipil yang melarikan diri ditembaki oleh pemberontak yang ingin menahan penduduk desa sebagai tameng manusia.
Para analis juga mengatakan bahwa Macan Tamil telah semakin mendekati kekalahan dan perang akan segera berakhir.
Militer telah mencapai serangkaian kemenangan, termasuk merebut kembali Kilinochchi, yang diklaim LTTE sebagai ibukota mereka, dan mengusir pemberontak tersebut dari Semenanjung Jaffna.
Pertempuran antara pasukan pemerintah dan pemberontak LTTE meningkat sejak pemerintah secara resmi menarik diri dari gencatan senjata enam tahun pada Januari 2008.
Pembuktian independen mengenai klaim-klaim jumlah korban mustahil dilakukan karena pemerintah Kolombo melarang wartawan pergi ke zona-zona pertempuran.
Lebih dari 70.000 orang tewas dalam konflik separatis panjang di Sri Lanka sejak 1972.
Sekitar 15.000 pemberontak Tamil memerangi pemerintah Sri Lanka dalam konflik etnik itu dalam upaya mendirikan sebuah negara Tamil merdeka.
Masyarakat Tamil mencapai sekitar 18 persen dari penduduk Sri Lanka yang berjumlah 19,2 juta orang dan mereka terpusat di provinsi-provinsi utara dan timur yang dikuasai pemberontak.(*)
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2009