Jakarta (ANTARA) - Sejumlah peneliti Universitas Khalifa, Abu Dhabi, Uni Emirat Arab (UAE) mengembangkan ventilator dengan biaya produksi lebih murah sehingga dapat dijual dengan harga dua persen lebih rendah daripada harga di pasaran, menurut keterangan dari Kedutaan Besar UAE untuk Indonesia di Jakarta, Kamis.

Prototipe atau ventilator pertama yang dihasilkan akan diluncurkan pada waktu dua minggu mendatang sebelum alat kesehatan itu diproduksi secara massal, kata kedutaan melalui pernyataan tertulis.

Permintaan terhadap ventilator di tingkat dunia meningkat pesan dalam beberapa bulan terakhir akibat pandemi COVID yang saat ini telah mewabah di lebih dari 200 negara dan menyerang ke lebih dari satu juta jiwa.

Sementara itu, persediaan ventilator yang tersedia tidak cukup memenuhi seluruh permintaan, sehingga banyak kampus dan perusahaan dari berbagai dunia, termasuk di Uni Emirat Arab, berupaya memecahkan persoalan tersebut dengan memproduksi ventilator dengan harga terjangkau.

Baca juga: Insinyur tunjukkan prototipe ventilator buatan Tesla di YouTube

Baca juga: Gagal beli ventilator dari China, Brazil kerahkan industri lokal

"Jumlah tempat dan perawatan intensif dan ventilator mekanik di rumah sakit adalah sebagian kecil dari apa yang mungkin diperlukan dalam beberapa minggu mendatang ketika situasi berkembang di seluruh dunia. Rencana kami harus sangat agresif. Kami bertujuan mengembangkan kerja prototipe dalam waktu kurang dari dua minggu di samping merancang unit produksi massal," kata Direktur Pusat Inovasi Teknik Medis Universitas Khalifa, Cesare Stefanini, lewat pernyataan tertulis.

Ia menyampaikan pihak kampus optimis ventilator dengan harga jual lebih murah itu dapat diproduksi sesuai tenggat waktu yang ditargetkan.

"Kami memiliki semua keahlian teoritis dan desain di tim kami, terutama di fase pembuatan prototipe," tambah dia.

Otoritas di Uni Emirat Arab melaporkan per Rabu (8/4) jumlah pasien positif COVID-19 mencapai 2.659, di antaranya termasuk 300 kasus baru dalam waktu 24 jam dari satu hari sebelumnya.

Sejauh ini, pemerintah telah melakukan pemeriksaan COVID-19 terhadap 539.195 orang di UAE.

"Kira-kira satu dari tiap 18 orang telah menjalani pemeriksaan COVID-19 di UAE. Ini lebih dari dua kali dari jumlah yang dilakukan pada awal bulan. UAE terus melakukan lebih banyak pengujian daripada negara lain," kata kedutaan.

Baca juga: UAE pertama kali mengarantina distrik pasar emas atasi wabah corona

Baca juga: Uni Emirat Arab rayakan Hari Perempuan Sedunia

Erick Thohir berharap BUMN bisa produksi ventilator

Pewarta: Genta Tenri Mawangi
Editor: Tia Mutiasari
Copyright © ANTARA 2020