"Ada puluhan UKM dengan usaha makanan olahan, bordiran, dan boneka yang berhenti aktivitasnya. Kita harapkan krisis segera berakhir dan mereka bisa kembali berproduksi," ujar Kepala Seksi Bina Usaha Dinas Perindag kota Bekasi, Ester, Minggu.
Aparat Dinas Perindag akan mengkaji tidak berproduksinya UKM tersebut. Bila persoalan terkait permodalan akan dicarikan solusi, sementara menyangkut mutu diperlukan pelatihan.
Ester mengatakan, wajar bila dari 84 ribu UKM di kota Bekasi ada beberapa yang tidak lagi berproduksi. Usaha skala besar yang sudah ekspor sekalipun cukup banyak yang mengurangi pekerjanya bahkan berhenti beroperasi.
UKM di kota Bekasi, cukup banyak menyerap tenaga kerja dan penopang pertumbuhan ekonomi didaerah. Jumlah UKM terus meningkat secara signifikan atau mencapai lima sampai tujuh persen pertahun hingga 2008 lalu.
Dalam mengetahui kondisi UKM di daerah itu, pihaknya kini tengah melakukan pendataan menyangkut jenis usaha, volume, aset, peralatan, omset, pasar serta kualitas SDM pekerja dan pemilik usaha.
Nantinya ada formulir yang akan diisi oleh petugas didasarkan hasil pendataan. "Kita juga akan cari tahu bentuk pelatihan dan pembinaan yang diinginkan UKM di daerah itu," ujarnya.
Untuk saat ini, aparat Pemkot sulit mengetahui pertumbuhan UKM misalnya dari yang tergolong kecil kemudian berkembang jadi menengah, dari skala menengah berubah menjadi perusahaan besar atau UKM yang bangkrut akibat salah manajemen.
Ia mengatakan, pemerintah kota terus melakukan pembinaan dalam bentuk memberikan pelatihan bagi UKM serta mengikutsertakan mereka pada pameran, ataupun gelar produk di dalam dan luar negeri.
Aset ke-84 ribu UKM di kota Bekasi diperkirakan mencapai Rp900 miliar lebih dengan penjualan per tahun mencapai Rp2 triliun dan keuntungan sebesar Rp300 iliar.(*)
Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2009