Kabul (ANTARA News/AFP) - Serangan-serangan militan dan ledakan bom pinggir jalan menewaskan 11 polisi dan seorang prajurit angkatan darat Minggu di daerah-daerah di Afghanistan selatan yang dilanda pemberontakan Taliban, kata pihak berwenang.
Enam polisi tewas ketika militan yang terkait dengan Taliban menyerbu pos mereka di provinsi bergolak Helmand, menurut kementerian dalam negeri dalam sebuah pernyataan.
"Dalam bentrokan bersenjata antara polisi nasional dan teroris bersenjata, enam polisi mati syahid," kata pernyataan itu, yang menambahkan pemberontak melarikan diri setelah pasukan bantuan tiba di lokasi kejadian.
Beberapa jam kemudian, lima polisi lagi tewas dalam serangan gerilyawan Taliban terhadap sebuah pos di provinsi Nimroz, Afghanistan baratdaya, kata gubernur provinsi itu, Ghulam Dastgir Azad kepada AFP.
Gerilyawan yang naik sepeda-motor menggunakan senapan mesin dan roket untuk melancarkan serangan tersebut.
Juga Minggu, sebuah bom pinggir jalan meledak di dekat konvoi pasukan Afghanistan di provinsi Zabul yang berbatasan dengan Helmand, menewaskan seorang prajurit dan mencederai tiga orang lain, kata kementerian pertahanan.
Serangan bom itu dituduhkan pada "teroris" -- istilah yang digunakan untuk Taliban dan kelompok militan sekutu mereka.
Sementara itu, Sabtu, enam militan, termasuk seorang "warganegara asing", tewas dalam bentrokan dengan pasukan di Uruzgan, sebuah kawasan bergolak lain dalam pemberontakan Taliban yang juga berbatasan dengan Helmand, kata kementerian dalam negeri.
Kementerian itu tidak menyebutkan kewarganegaraan gerilyawan asing itu. Para pejabat mengungkapkan bahwa semakin banyak militan asing di Afghanistan, sebagian besar dari mereka datang dari Pakistan dimana gerilyawan disebut-sebut memiliki pangkalan-pangkalan.
Taliban, yang memerintah Afghanistan sejak 1996, mengobarkan pemberontakan sejak digulingkan dari kekuasaan di negara itu oleh invasi pimpinan AS pada 2001 karena menolak menyerahkan pemimpin Al-Qaeda Osama bin Laden, yang bertanggung jawab atas serangan-serangan di wilayah Amerika yang menewaskan sekitar 3.000 orang pada 11 September 2001.
Gerilyawan Taliban sangat bergantung pada penggunaan bom-bom pinggir jalan dan serangan bunuh diri untuk melawan pemerintah Afghanistan dan pasukan asing yang ditempatkan di negara tersebut.
Dalam salah satu serangan paling berani, gerilyawan tersebut menggunakan penyerang-penyerang bom bunuh diri untuk menjebol penjara Kandahar pada pertengahan Juni, membuat lebih dari 1.000 tahanan yang separuh diantaranya militan berhasil kabur.
Taliban telah memperingatkan bahwa mereka akan meningkatkan serangan-serangan terhadap pasukan Afghanistan dan pasukan internasional yang mendukung mereka.
Sekitar 70.000 prajurit asing di bawah komando NATO dan AS berada di Afghanistan sejak akhir 2001 untuk membantu pemerintah Presiden Hamid Karzai memerangi Taliban dan gerilyawan Al-Qaeda sekutu mereka.
Pemerintah baru AS berencana mengirim 21.000 prajurit tambahan tahun ini untuk menstabilkan Afghanistan, yang dikhawatirkan sejumlah politikus dan analis Barat akan tergelincir ke dalam anarki.
Semakin banyaknya prajurit asing yang tewas membuat sejumlah negara Barat enggan mengirim pasukan mereka ke daerah-daerah dimana kelompok dukungan Al-Qaeda itu beroperasi paling aktif.
Jumlah prajurit internasional yang tewas di Afghanistan tahun ini mencapai lebih dari 80, sebagian besar akibat serangan-serangan gerilya, menurut situs berita icasualties.org yang mencatat korban-korban di Afghanistan dan Irak.
Lebih dari 295 prajurit internasional tewas di Afghanistan tahun lalu dan tahun sebelumnya 230.(*)
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2009