Semarang (ANTARA News) - Penurunan suku bunga acuan Bank Indonesa (BI rate) menjadi 7,25 persen diprediksi dapat menaikkan tingkat penyaluran kredit oleh perbankan.

Manager Marketing Bank Negara Indonesia (BNI) Syariah Semarang, Imam Samekto, Minggu mengatakan, bagi perbankan syariah dampaknya memang tidak terlalu signifikan dibandingkan dengan perbankan konvensional.

"Sebab, perbankan syariah tidak menganut sistem bunga seperti bank konvensional, sehingga tidak tergantung pada BI rate," katanya.

"Kami hanya mengenal bagi hasil dan akad (perjanjian) yang dibuat lebih awal, sehingga antara nasabah dan bank sudah ada kesepakatan, dan tidak tergantung suku bunga," katanya.

Ia menjelaskan, sebenarnya terdapat beberapa empat faktor yang dapat mempengaruhi kebijakan perbankan, antara lain tingkat suku bunga, faktor premi, premi resiko, dan perkembangan dunia usaha.

"Sehingga, BI rate hanyalah salah satu faktor penentu dan tidak dapat dengan cepat langsung menurunkan suku bunga bank," katanya.

Hanya saja, pihaknya tetap menyambut baik penurunan SBI sebab diprediksi dapat meningkatkan penyaluran kredit, terutama pada sektor Usaha Kecil dan Menengah (UKM).

"Sebab, pengusaha kecil tentunya akan semakin diuntungkan karena dengan suku bunga yang menjadi lebih rendah maka sektor UKM akan semakin berkembang," katanya.

Ia mengatakan, pihaknya juga telah menurunkan "ekuivalen rate" sejak sekitar bulan Maret dengan besaran bervariasi tergantung pada jenis kredit yang disalurkan.

Jenis kredit yang ditawarkan, antara lain kredit perumahan rakyat (KPR), kredit kendaraan bermotor, dan kredit untuk wirausaha (BNI Wirausaha Syariah), kata Imam.

"Rata-rata turun sebesar satu poin, ada yang turun dari 10 persen menjadi 9 persen per tahun atau 9 persen menjadi 8 persen per tahun, katanya tanpa menyebut secara rinci penurunannya menurut jenis kredit.

Menurut dia, dengan penurunan "ekuivalen rate", memberikan pengaruh yang cukup besar terhadap tingkat kredit yang disalurkan.

"Kami mampu menyalurkan kredit sebesar Rp90 miliar pada bulan Maret, dan bulan April tingkat penyaluran kredit mengalami kenaikan menjadi Rp95 miliar," katanya.

Penyaluran kredit tersebut meliputi sekitar 50 persen untuk sektor UKM dan 50 persen lagi untuk kebutuhan konsumtif, misalnya KPR, kata dia.

Ia mengatakan, tingkat penyaluran kredit tersebut diprediksi akan kembali mengalami kenaikan pada bulan ini.

"Kami menargetkan setidaknya tingkat penyaluran kredit akan meningkat sekitar lima persen pada bulan ini," katanya.(*)

Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2009