Kolombo (ANTARA News/AFP) - Macan Tamil menghentikan perjuangan melawanpemerintah Sri Lanka dan "memutuskan membungkam senjata", dalam sebuahpernyataan yang disiarkan situs pro-pemberontak Tamilnet, Minggu.

"Perang ini telah mencapai akhir yang pahit," kata kepala hubunganinternasional Macan Tamil, Selvarasa Pathmanathan, dalam pernyataan itu.

"Kami hanya memiliki satu pilihan terakhir -- menghilangkan alasanlemah terakhir musuh membunuhi orang-orang kami. Kami memutuskanmembungkam senjata kami. Satu-satunya penyelesalan kami adalahhilangnya nyawa dan kami tidak bisa bertahan lebih lama lagi," katanya.

Macan Pembebasan Tamil Eelam (LTTE) telah lama berperang untukmendirikan negara merdeka bagi minoritas Tamil di Sri Lanka yangmemiliki penduduk mayoritas Sinhala.

"Tidak ada yang bisa meragukan komitmen berani dan tiada akhir dariLTTE atas perjuangan ini dimana kami dipercaya oleh rakyat kami. Tidakada kekuatan yang bisa mencegah tujuan keadilan bagi rakyat kami," kataPathmanathan.

"Kami berdiri dengan berani dan membungkam senjata kami. Kami tidakmemiliki pilihan lain kecuali melanjutkan permohonan kami kepadamasyarakat internasional agar menyelamatkan rakyat kami," katanya.

Pernyataan itu disampaikan ketika Kementerian Pertahanan Sri Lankamengatakan bahwa semua warga sipil yang ditahan oleh Macan Tamil telahmenyelamatkan diri dari zona perang, dan kini hanya tinggal sejumlahgerilyawan yang bertahan di daerah hutan seluas 2,4 kilometer persegi.

"Mereka sesungguhnya telah dikalahkan beberapa waktu lalu, namun merekabaru sekarang mengakui secara resmi kekalahan itu," kata jurubicaramiliter Brigjen Udaya Nanayakkara kepada AFP.

"Mereka berjuang bagi sebuah Eelam (negara terpisah) yang tidak pernahmereka menangi. Itu hanya buang-buang jiwa. Perang itu telahmenimbulkan kematian dalam jumlah besar dan kehancuran selamabertahun-tahun. Akbhirnya mereka sendiri menyadari bahwa itu semuatelah berakhir," katanya.

Beberapa waktu terakhir ini Sri Lanka memang telah yakin bahwa merekaberada di ambang kemenangan perang atas LTTE setelah pertempuran 37tahun dan menolak seruan-seruan internasional, termasuk negara-negarayang tergabung dalam G8 dan PBB, untuk menghentikan perang.

Presiden Sri Lanka Mahinda Rajapakse telah beberapa kali mendesakpemberontak Macan Tamil menyerah untuk menghindari pembasmian total.

Rajapakse, yang juga panglima tertinggi angkatan bersenjata, jugamenolak seruan-seruan bagi gencatan senjata dan menekankan bahwa MacanTamil harus meletakkan senjata dan mengizinkan warga sipil keluar daridaerah-daerah yang masih mereka kuasai.

Gerilyawan Tamil dikepung selama berbulan-bulan di sebuah daerah hutankecil oleh pasukan yang tampaknya hampir mengakhiri perang separatismereka.

Macan Tamil mengakui telah kehilangan sejumlah wilayah dalampertempuran dengan pasukan pemerintah dan menuduh Kolombo membunuhiwarga sipil.

Militer membantah hal itu dan mengatakan, warga sipil yang melarikandiri ditembaki oleh pemberontak yang ingin menahan penduduk desasebagai tameng manusia.

Para analis juga mengatakan bahwa Macan Tamil telah semakin mendekati kekalahan dan perang akan segera berakhir.

Militer telah mencapai serangkaian kemenangan, termasuk merebut kembaliKilinochchi, yang diklaim LTTE sebagai ibukota mereka, dan mengusirpemberontak tersebut dari Semenanjung Jaffna.

Pertempuran antara pasukan pemerintah dan pemberontak LTTE meningkatsejak pemerintah secara resmi menarik diri dari gencatan senjata enamtahun pada Januari 2008.

Pembuktian independen mengenai klaim-klaim jumlah korban mustahildilakukan karena pemerintah Kolombo melarang wartawan pergi kezona-zona pertempuran.

Lebih dari 70.000 orang tewas dalam konflik separatis panjang di Sri Lanka sejak 1972.

Sekitar 15.000 pemberontak Tamil memerangi pemerintah Sri Lanka dalamkonflik etnik itu dalam upaya mendirikan sebuah negara Tamil merdeka.

Masyarakat Tamil mencapai sekitar 18 persen dari penduduk Sri Lankayang berjumlah 19,2 juta orang dan mereka terpusat di provinsi-provinsiutara dan timur yang dikuasai pemberontak.(*)

Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2009