Jakarta (ANTARA) - Anggota Komisi VII DPR Dyah Roro Esti Widya Putri mengatakan konektivitas jaringan kelistrikan di Asia Pasifik harus secara optimal memanfaatkan energi baru dan terbarukan (EBT).
Gagasan tersebut disampaikan Roro Esti saat berbicara dalam forum webinar 7th Asia Pacific Forum on Sustainable Development (APFSD) dengan tema Enhancing Power Grid Connectivity to Achieve Affordable and Clean Energy for All, yang diselenggarakan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) atau United Nations (UN), Rabu (8/4/2020).
Dalam rilisnya di Jakarta, Kamis, Roro Esti mengatakan dirinya memberikan beberapa gagasan realistis dan visioner dalam forum tersebut.
Kader milenial dari Partai Golkar yang menjadi perwakilan Kaukus Ekonomi Hijau DPR ini mengatakan peningkatan konektivitas jaringan kelistrikan (power grid), harus juga berlandaskan emisi rendah karbon dengan porsi EBT yang seoptimal mungkin.
Baca juga: Pakar: investor lebih tertarik tarif listrik EBT sesuai harga pasar
"Peningkatan konektivitas power grid perlu didukung dengan transfer knowledge. Setiap negara memiliki kemampuan dan keterbatasan tersendiri dalam pengembangan EBT yang bergantung banyak faktor seperti geografis, politik, finansial, dan infrastruktur," katanya.
Oleh karena itu, lanjutnya, negara yang unggul EBT-nya, dapat menjadi contoh dalam alih pengetahuan (transfer knowledge), sehingga pengembangan EBT dan tantangan konektivitas bisa terselesaikan.
Menurut Roro Esti, isu pengembangan EBT dan peningkatan konektivitas power grid perlu didukung pihak-pihak yang berperan dalam ranah politik, sebagai pembuat kebijakan, dalam mendesain kebijakan yang akan mempengaruhi skala regional Asia Pasifik.
Ia mendorong negara APAC lainnya meratifikasi Perjanjian Paris karena saat ini baru 39 dari total 56 negara APAC yang meratifikasi perjanjian itu.
Roro Esti juga menyampaikan pada forum ini, sebagai langkah nyata dukungan Indonesia dalam mewujudkan keberlanjutan, Indonesia tengah fokus membentuk Undang Undang EBT.
Baca juga: Teknologi energi baru dan terbarukan mulai diterapkan di Indonesia
Dalam forum, ia juga menyerukan pada seluruh peserta dari berbagai negara untuk bersama mendukung energi ramah lingkungan.
Anggota DPR ini dengan bangga memakai istilah “gotong royong” di hadapan semua peserta forum dari berbagai negara, untuk mengajak semua pihak bekerja sama menuju masa depan lebih cerah dengan memanfaatkan energi ramah lingkungan.
Roro Esti memandang perlunya kolaborasi dan kerja sama dalam skala nasional, regional, dan Internasional untuk mencapai Tujuan Pengembangan Berkelanjutan (Sustainable Development Goals) atau SDGs.
Selain Roro Esti, pembicara lainnya yaitu Michael Williamson dari United Nations Economics and Social Committee Asia and the Pacific (UN ESCAP), Jahangir Masm dari Coastal Development Partnership, Xunpeng (Roc) Shi dari Australia-China Research Institute yang mewakili divisi akademik, dan Patana Sangsiroujana dari EGAT, mewakili divisi bisnis, dengan moderator David Ferrari dari Economic Policy Officer UN ESCAP yang mewakili divisi energi.
Agenda Pengembangan Berkelanjutan Asia Pasifik 2030 (the 2030 Agenda for Sustainable Development in Asia and the Pacific) merupakan bentuk kolaborasi negara Asia Pasifik.
Implementasi dari agenda ini tersusun dalam sebuah Regional Road Map. Sektor energi merupakan salah satu prioritas dari implementasi agenda ini.
Pewarta: Kelik Dewanto
Editor: Budi Suyanto
Copyright © ANTARA 2020