"Kalau mau menjadi juara dunia kembali, kita harus mencetak pebulutangkis dunia," ungkap Rudi Hartono dikonfirmasi di Jakarta, Minggu.
Ia menilai, kegagalan tim Indonesia di berbagai event karena pembinaan yang kurang berkesinambungan.
"Masuk final saja tidak bisa, apalagi menjadi juara dunia. Itulah jadinya jika kita hanya mencetak pebulutangkis tingkat regional," ujarnya.
Pembinaan yang dilakukan melalui pelatnas (pelatihan nasional) kata mantan juara Tunggal Putra All England sejak 1968 hingga 1976 itu, tidak akan efektif jika mental pebulutangkis Indonesia tidak dibina menjadi juara dunia.
"Kita tidak mencetak pebulutangkis bermental juara dunia dan terkesan mendapakan pemain apa adanya. Apalagi jika hanya mengandalkan pelatnas, bukan jaminan kita akan kembali merebut gelar juara dunia tersebut,"ungkap Rudy Hartono.
Ia berharap, pembinaan buluangkis di Indonesia harus lebih ditingkatkan, melalui pencarian bibit dan meningkatkan latihan.
"Disiplin pemain sebagai salah satu syarat penting untuk mendapatkan pemain berkualitas dunia. Sejak dini, kita harus mencari bibit yang berkualitas dan memiliki cikal bakal sebagai juara dunia," katanya.
Pemerintah
Rudy Hartono yang saat ini menjadi pengusaha peralatan olahraga dan juga Mantan Ketua Bidang Pembinaan PB PBSI (Pengurus Besar Persatuan Bulutangkis Seluruh Indonesia) periode 1981 hingga 1985 itu mengungkapkan, sudah saatnya pemerintah ikut campur dalam pembinaan bulutangkis di Indonesia.
"Pemerintah harus ikut campur membina bulutangkis di Indonesia jika kita ingin kembali berjaya. Sudah tugas PBSI untuk melakukan terobosan dan bekerjasama dengan pemerintah dan pihak swasta untuk meningkatkan prestasi bulutangkis," ungkap Rudy Hartono.
Pendiri klub Jaya Raya itu mencontohkan, keberhasilan Cina dan Korea Selatan dalam meraih prestasi olahraga karena campur tangan pemerintah mereka.
"Tanpa keterlibatan pemerintah, sangat mustahil kita akan kembali meraih gelar juara dunia kembali. Jadi sudah saatnya Indonesia merebut kembali gelar yang sudah lama hilang itu," harap maestro bulutangkis tersebut.
(*)
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2009