New York (ANTARA) - Pemerintah Negara Bagian New York, yang paling parah terdampak COVID-19 di Amerika Serikat, pada hari Rabu melaporkan jumlah kematian tertinggi akibat virus corona dalam satu hari.

Dokter dan perawat veteran pun syok dengan kecepatan virus corona yang membuat pasien sekarat.

Jumlah kasus virus corona di negara bagian New York saja mendekati 150.000 pada hari Rabu, bahkan ketika pihak berwenang memperingatkan bahwa negara bagian itu mungkin mengecilkan jumlah sebenarnya.

"Setiap angka adalah wajah seseorang," kata Gubernur New York Andrew Cuomo, yang memerintahkan mengibarkan bendera setengah tiang kepada staffnya di seluruh New York sebagai aksi untuk mengingat jumlah korban.

"Virus ini menyerang yang rentan dan menyerang yang lemah dan itu tugas kita sebagai masyarakat untuk melindungi yang rentan."

Dokter dan perawat mengatakan itu bukan hanya lansia atau pasien dengan kondisi kesehatan dengan penyakit penyerta yang tampaknya baik-baik saja. Namun beberapa menit kemudian mereka dalam keadaan sekarat karena terinfeksi virus corona.

Itu bisa terjadi pada kaum muda dan juga mereka yang sehat.

Pasien "terlihat baik-baik saja, merasa baik-baik saja, beberapa menit kemudian terjadi perubahan mendadak dan mereka tidak bisa merespon," ujar Diana Torres, seorang perawat di Rumah Sakit Mount Sinai di kota New York, pusat pandemi di Amerika Serikat, di mana virus telah menginfeksi lebih banyak dari 415.000 orang.

"Itu membuatku takut keluar dari kamar mereka."

Gubernur New York Andrew Cuomo mengatakan 779 orang meninggal pada hari kemarin.

Sementara itu, Gubernur New Jersey Phil Murphy melaporkan 275 orang meninggal.

Total jumlah korban meninggal akibat COVID-19 dari New York dan New Jersey itu melebih catatan hari sebelumnya.

Meskipun penghitungan jumlah korban suram, Cuomo mengatakan tren keseluruhan masih tampak positif. Cuomo mengutip penurunan rawat inap baru dan data lainnya yang menunjukkan bahwa New York bisa mengontrol tingkat infeksi virus corona.

Cuomo mengatakan jumlah kematian akan terus meningkat dalam beberapa hari mendatang karena pasien-pasien yang sakit kritis akhirnya meninggal dunia, meskipun mereka telah dirawat di rumah sakit selama lebih dari seminggu dan menggunakan mesin ventilator untuk membantu bernafas.

Kematian akibat virus corona di AS mencapai 14.600 pada hari Rabu, jumlah tertinggi kedua yang dilaporkan di dunia setelah Italia, menurut penghitungan Reuters. New York telah menyumbang hampir setengah dari mereka.

Pada pekan ini, jumlah kematian akibat virus corona kian mengkhawatirkan, di saat pemodelan yang dilakukan universitas terkemuka di AS mengurangi angka kematian akibat virus corona yang diproyeksikan sebesar 26 persen menjadi 60.000.

Sumber : Reuters
Baca juga: Kematian akibat COVID-19 di rumah tidak terlaporkan di New York
Baca juga: New York alami hari paling mematikan selama krisis virus corona
Baca juga: New York: Pasien meninggal dalam kesendirian, kematian dekati 9/11

Penerjemah: Azis Kurmala
Editor: Atman Ahdiat
Copyright © ANTARA 2020