Jakarta (ANTARA News) - Jumlah kredit bermasalah (NPL) Kredit Usaha Rakyat (KUR) Bank BRI mencapai kurang dari dua persen dari total dana yang telah disalurkan bank BUMN tersebut sekitar Rp10 triliun sejak setahun lalu.
Komisaris Bank BRI BS Kusmuljono kepada pers usai peluncuran buku "Menciptakan Kesempatan Rakyat Berusaha" di Bogor, Sabtu, mengatakan, jumlah NPL tersebut rendah dibanding NPL dari korporasi yang kisarannya sekitar lima hingga 10 persen.
Buku "Menciptakan Kesempatan Rakyat Berusaha" merupakan buku karangan BS Kusmuljono. Buku tersebut di antaranya berisi pemikirannya mengenai kredit untuk usaha mikro serta perjalanan KUR dari sejak konsep hingga kemudian diimplementasikan oleh pemerintah.
Menurut dia, dalam perjalanan selama setahun penyaluran KUR oleh Bank BRI, sekitar Rp4 triliun di antaranya telah dikembalikan oleh debitur. Pengembalian kredit tersebut menunjukkan bahwa kredit tersebut betul-betul digunakan untuk menggerakan usaha mikro.
"NPL sebesar kurang dari dua persen itu dihitung dari sisa kredit yang yang ada yaitu sebesar Rp6 triliun," katanya dan menambahkan nilai kredit bermasalah tersebut mencapai sekitar Rp86 miliar.
Terhadap NPL itu, BRI, lanjutnya, juga telah mengajukan klaim ke perusahaan penjamin.
KUR merupakan kredit dengan plafond maksimal sebesar Rp500 juta yang memperoleh penjaminan dari dua perusahaan penjamin kredit yaitu Askrindo dan Jamkrindo). Dana penjaminan tersebut berasal dari pemerintah.
BRI merupakan bank peserta KUR yang terbanyak menyalurkan kredit tersebut hingga mencapai 90 persen dari total penyaluran KUR sebesar Rp13,661 triliun (data per akhir Maret 2009).
Bank peserta KUR lainnya di antaranya Bank Mandiri, Bukopin, BNI, Bank Syariah Mandiri dan BTN. Total peminjam dana tersebut sekitar dua juta orang dengan rata-rata debitur mengakses pinjaman modal Rp7,34 juta.
Dari total KUR tersebut, menurut data Kementerian Koperasi dan UKM, tingkat NPL kredit tersebut sedikit meningkat yaitu di kisaran 4,41 persen dengan NPL terendah 0,4 persen dan tertinggi 7,8 persen. (*)
Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2009