Damaskus (ANTARA News/Reuters) - Presiden Turki Abdullah Gul, Jumat, menyeru Israel untuk bekerja ke arah dilanjutkannya perundingan perdamaian dengan Suriah dan menjamin Ankara bersedia melanjutkan perannya sebagai penengah antara kedua pihak yang bermusuhan itu.
"Israel hendaknya menunjukkan dengan jelas bahwa pihaknya adalah mitra," kata Gul, setelah melakukan pembicaraan dengan Presiden Suriah Bashar Al-Assad di ibukota Suriah.
"Kami mendengar Suriah mengatakan pihaknya bersedia melanjutkan perundingan perdamaian dari titik di mana mereka berhenti dengan pemerintah (Israel) sebelumnya. Kami di Turki juga bersedia," kata Gul.
Perundingan tidak langsung antara Suriah dan Israel secara resmi dihentikan selama tiga pekan serangan Israel terhadap Jalur Gaza, yang diakhiri Januari lalu.
Bashar mengatakan serangan terhadap jalur Gaza mencegah perundingan yang ditengahi Turki dari melangkah ke tahap selanjutnya.
"Kami tak bisa berunding mengenai tanggal (untuk melanjutkan perundingan), karena kami tak punya pasangan untuk diajak berunding," kata Bashar.
Harian Israel Ha`aretz melaporkan, Perdana Menteri sayap kanan Israel Benjamin Netanyahu mengatakan kepada sekelompok wartawan Rusia pekan lalu bahwa Israel tidak akan menarik diri dari Dataran Tinggi Golan karena tempat itu bernilai militer strategis.
Para pejabat Suriah menahan diri dari menanggapi pidato Netanyahu dan mengabaikan pernyataan menteri luar negeri ultra-nasionalis Israel bulan lalu bahwa negara Yahudi itu hanya akan mengadakan perundingan perdamaian dengan Suriah jika negara itu berhenti menuntut komitmen Israel untuk mengembalikan Dataran Tinggi Golan yang didudukinya.
Netanyahu terlibat dalam perundingan yang diawasi Amerika Serikat (AS) antara Suriah dan Israel selama periode sebelumnya dia sebagai perdana menteri pada tahun 1990-an.
Perundingan yang berakhir hampir 10 tahun gagal pada tahun 2000 ketika ayah Bashar, mendiang presiden Hafez al-Assad, menolak tawaran Israel untuk mundur dari Golan, namun tetap menguasai beberapa ratus meter di pantai timur laut dari Laut Galilee.
Israel menduduki dataran tinggi Dataran Tinggi Golan, yang bisa melihat Damaskus dan danau tersebut, waduk besar Israel, dalam perang Timur Tengah tahun 1967 dan mencaploknya pada tahun 1980-an, dalam suatu langkah yang ditolak oleh Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa Bangsa (DK PBB). (*)
Pewarta:
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2009