New York (ANTARA News) - Harga minyak mentah turun tajam pada Jumat waktu setempat karena berita resesi di Eropa telah menambah kecemasan akan merosotnya permintaan untuk komoditas utama, kata para dealer.

AFP melaporkan, kontrak berjangka utama New York, minyak mentah jenis "light sweet" untuk pengiriman Juni, jatuh 2,28 dolar AS dari penutupan pada Kamis menjadi berakhir pada 56,34 dolar AS per barel.

Di London, minyak mentah "Brent North Sea" untuk penyerahan Juli turun 2,62 dolar AS menjadi 55,98 dolar AS.

"Ephoria dan pelukan teori pemulihan ekonomi telah mengirimkan sebuah realitas," kata John Kilduff dari MF Global.

"Dalam sebuah basis teknikal, rally (kenaikan panjang) sangat tajam, hampir tidak berkelanjutan," kata dia, sehubungan dengan awal pekan keika minyak mentah New York mencapai posisi tertinggi enam bulan pada 60,08 dolar AS, dipicu oleh harapan untuk pemulihan ekonomi dan sebuah penurunan dolar yang membuat harga minyak dalam dolar lebih menarik bagi para pembeli asing yang menggunakan mata uang kuat.

Harga minyak masih di bawah rekor tertinggi di atas 147 dolar AS yang tercapai Juli tahun lalu, sebelum krisis keuangan dan ekonomi global melaju cepat pada bulan-bulan terakhir 2008, yang memukul permintaan.

"Harga energi didorong oleh sentimen investor yang bergairah baru-baru ini, namun terganjal oleh sorotan ekonomi global pekan ini yang beragam," kara para analis BMO Capital Markets dalam sebuah laporannya.

"Dukungan selanjutnya adalah kisaran 55,50-55,90 dolar dengan resistenis utama masih pada 60 dolar," kata mereka.

Harga minyak jatuh pada Jumat, akibat kekhawatiran tentang resesi mendalam di Eropa, berdasarkan data resmi yang diikuti proyeksi merosotnua permintaan untuk komoditas.

"Pasar sedikit melemah ... setelah data dari Eropa mengecewakan," kata Nimit Khamar, analis energi pada perusahaan pialang Sucden di London.

Ekonomi 16 negara zona euri mengalami rekor kontraksi 2,5 persen dalam kuartal pertama dari kuartal akhir 2008, karena Eropa terperosok ke dalam resesi mendalam, sementara Jerman menderita penurunan terbesar dalam 40 tahun.

Dalam sebuah basis tahunan, ekonomi zona euro menyusut 4,6 persen.

Mencatat sepertiga produksi zona euro, Jerman mengalami kontraksi 3,8 persen dalam tiga bulan pertama dibandingkan kuartal sebelumnya, ketika ekonomi turun 2,2 persen.

Perancis, rekanan utama Jerman dan ekonomi zona euro terbesar kedua, produksinya turun 1,2 persen setelah jatuh 1,5 persen dalam kuartal terakhir 2008.

Menteri keuangan Perancis mengatakan ini berarti ekonomi diperkirakan turun tiga persen pada tahun ini. Data yang dirilis Jumat, di negara Eropa lainnya -- Austria, Italia, Hungaria dan Norwegia -- mengalami kondisi suram serupa.

Pada Kamis, Badan Energi Internasional (IEA) memproyeksikan sebuah penurunan permintaan minyak global, seraya mengatakan optimisme tentang pemulihan ekonomi tidak menghidupkan kembaloi selera untuk energi.

Dalam laporan bulanan terakhir, IEA memangkas proyeksinya untuk 2009, yang diperkirakan pada 83,2 juta barel per hari, tiga persen lebih rendah dari tahun lali dan penurunan tahunan paling tajam sejak 1981.

Bulan lalu, IEA memproyeksikan permintaan 2009 pada 83,4 juta barel per hari.

Prospek melemahnya permintaan pekan ini menutup penurunan persediaan minyak mentah yang mengejutkan di Amerika Serikat, konsumen energi terbesar dunia, yang biasanya mulai naik pada libur musim panas.

Kartel OPEC yang memproduksi 40 persen minyak mentah dunia, pada Rabu, juga memangkas proyeksi permintaan minyak global tahun ini -- mengatakan akan mengalami kontraksi 1,57 juta barel per hari atau 1,83 persen pada 2009.(*)

Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2009