Jakarta (JAKARTA News) - Tim penyidik Polda Metro Jaya yang menangani kasus pembunuhan Dirut PT Putra Rajawali Banjaran (PRB) Nasrudin Zulkarnaen, temukan banyak bukti, tetapi tidak untuk dipublikasikan.

"Kami berani menahan para tersangka berarti ada bukti-buktinya yang tidak untuk dipublikasikan," kata Direktur Reserse Kriminal Umum Polda Metro Jaya, Kombes Pol M. Iriawan, di Jakarta, Jumat.

Hal tersebut dikatakan Iriawan, saat dimintai tanggapan pernyataan tim pengacara yang menganggap penyidik belum temukan bukti dugaan keterlibatan Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) non-aktif Antasari Azhar terhadap kasus itu.

"Tim pengacara biarkan saja mau bicara apa. Saya berani menahan pasti ada bukti. Penyidik tidak mungkin akan bicara banyak masalah bukti," katanya.

Penyidik punya bukti yang sudah dapat disampaikan kepada mereka. Namun, bukti tidak boleh dibuka untuk dipublikansikan.

Penyidik bekerja keras dan tidak mungkin sembarangan. "Ini resikonya jabatan saya dan Kapolda," katanya menegaskan.

Menyinggung masalah sejumlah uang direkening Antasari, kata dia, pihaknya tidak menangani soal itu, tapi terkait dengan pasal 340 KUHP, tentang pembunuhan terencana.

Sementara pengacara tersangka Fransiskus Tadon, Minola Sembayang pada kesempatan itu juga datang ke rutan Narkoba Polda Metro Jaya. Pengacara itu mengaku hanya ingin menemui Fransiskus terkait pemeriksaan yang dilakukan penyidik, Kamis (14/5).

"Kami tidak keberatan jika penyidik tak menghendaki pendaping kliennya. Selama tidak ada pernyataan tertulis atau apapun yang bukan proses BAP," kata Minola.

Fransiskus yang disebut-sebut salah seorang tersangka yang diduga sebagai pencari senjata api dalam kasus pembunuhan Nusrudin.

Namun, kata Minola, logika hukumnya harus jelas, karena kalau tidak nanti dia disayangkan seolah-olah orang yang memahami perdagangan senjata ilegal atau terbiasa membeli senjata ilegal.

Menjawab pertanyaan wartawan tentang kenapa Fransiskus melakukan itu, kata dia, karena ada kaitannya dengan tugas negara atau untuk membela kepentingan negara.

Menurut dia, Fransiskus dulunya sebagai security yang tentunya pasti sudah melewati proses panjang sehingga bukan sesuatu yang aneh kalau dia memiliki nasionalisme.(*)

Pewarta:
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2009