Washington (ANTARA News/Kyodo-OANA) - Amerika Serikat akan memperkuat pertahanannya untuk menghadapi ancaman-ancaman rudal jarak jauh Korea Utara, walaupun negara itu merestrukturisasi program pertahanan rudalnya di tengah kesulitan anggaran, kata Menteri Pertahanan AS, Robert Gates, Kamis.

Dia mengisyaratkan sikap ini dalam pernyataan tertulisnya di hadapan Komite Layanan Angkatan Darat Senat, merujuk pada peluncuran roket Pyongyang pada bulan lalu, yang dicurigai sebagai uji coba rudal balistik jarak jauhnya.

"Kami akan terus meningkatkan anggaran riset dan pengembangan untuk memperbaiki kapabilitas yang sudah ada, untuk mempertahankan diri dari ancaman-ancaman rudal Korea Utara," kata Gates.

Laksamana Angkatan Laut Michael Mullen, kepala Staf Gabungan, mengatakan AS memerlukan kerjasama dengan China yang mempunyai kepentingan bersama di kawasan Asia Pasifik, termasuk di Semenanjung Korea.

"Kunci di antara kepentingan-kepentingan ini hendaknya berlanjut pada upaya-upaya bersama yang bertujuan mengurangi kemungkinan terjadinya konflik di Semenanjung Korea, dan mengembalikan Korea Utara ke meja perundingan enam negara, untuk menghentikan program nuklir Pyongyang," katanya pada komite yang sama.

"Ini terutama dibenarkan oleh ancaman-ancaman Korea Utara untuk memulai lagi program nuklirnya, dan melanjutkan uji coba rudal balistik antar benuanya," kata Mullen.

Sementara itu, Menteri Luar Negeri Hillary Clinton mengatakan, pintu telah dibuka untuk Korea Utara kembali ke meja perundingan enam negara.

"Kami berniat melanjutkan perundingan dengan proses enam pihak," katanya kepada para wartawan di Departemen Luar Negeri. "Kami semua sepakat untuk itu," tambahnya.

"Dan kami berniat membuka pintu untuk kembali kepada perundingan enam negara. Dan China, yang duduk sebagai ketua, telah menjelaskan kepada Korea Utara bahwa mereka perlu memulai perundingan ini lagi," kata Hillary.

Hillary juga mengatakan, bola kini berada di lapangan Korea Utara. "Dan kami tidak khawatir mengenai kesibukan Korea Utara, mengenai tawaran konsesi-konsesi kepada Korea Utara."

"Mereka mengetahui kewajiban mereka. Mereka tahu bagaimana proses harus berjalan. Dan kami semua menyerukan agar mereka kembali, dan mulai lagi bertindak bersama kita, memajukan agenda pembicaraan," katanya.

Perundingan enam negara melibatkan Korea Utara, Korea Selatan, China, Jepang, AS dan Rusia. Perundingan mengalami kebuntuan Desember lalu berkaitan dengan sengketa bagaimana memverifikasi perlucutan nuklir Korea Utara.(*)

Pewarta:
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2009