Jakarta (ANTARA News) - Deputi Gubernur Bank Indonesia Hartadi A Sarwono mengatakan, berbagai trend positif yang terjadi selama kuartal pertama memberikan sinyal bahwa perekonomian Indonesia bisa pulih tahun ini.
"Meski terlalu dini mengatakan hal itu, tapi kita yakin Indonesia segera pulih. Hal itu didukung berbagai indikator ekonomi, dan survei yang menunjukkan trend positif," katanya, di Jakarta, Jumat.
Dia menyebutkan pertumbuhan ekonomi diperkirakan sekitar 3 sampai 4 persen. Perekonomian akan ditopang permintaan dalam negeri yaitu konsumsi swasta dan investasi yang tumbuh kuat.
"Namun saya memperkirakan perekonomian Indonesia bisa tumbuh 4,6 persen," katanya.
Menurut dia, secara sektoral pertumbuhan ekonomi domestik didukung kinerja sektor pertanian, sektor transportasi dan komunikasi, dan sektor perdagangan.
Hal ini didukung iklim yang cukup kondusif, ketersediaan bibit dan pupuk untuk sektor pertanian. Sementara sektor transportasi dan komunikasi ditopang investasi yang cukup tinggi.
Dari sisi eksternal, katanya, meskipun ekspor mengalami kontraksi, telah terlihat tanda-tanda perbaikan.
"Secara umum kondisi neraca pembayaran Indonesia cukup sehat. Tertahannya penurunan ekspor nonmigas dan aliran investasi langsung serta penerbitan obligasi pemerintah memberikan dampak positif pada transaksi berjalan dan transaksi modal dan kapital," katanya.
Indikator sektor riil terkini Cina, kata Hartadi, menunjukkan peningkatan dipicu implementasi stimulus fiskal sebesar 4 triliun yuan.
Kegiatan sektor industri mengalami ekspansi sejalan dengan pertumbuhan bank loans dan fixed asset investments yang tumbuh solid.
Ekspor negara-negara Asia yang mengalami penurunan akibat melemahnya permintaan dan harga komoditas global, mulai memperlihatkan tanda-tanda perbaikan.
Hartadi mengatakan, likuiditas pasar keuangan global yang mengalami kekeringan seperti tercemin pada spread di pasar keuangan global yang meningkat pada kuartal keempat 2008, pada awal kuartal kedua 2009 mulai membaik .
Meski berbagai indikator ekonomi menunjukkan trend membaik, Hartadi mengingatkan agar tidak cepat berpuas diri terutama dikaitkan dengan neraca pembayaran.
"Kita surplus, karena terjadinya penurunan impor," katanya.
Hal ini terjadi pada bahan bakar minyak (BBM). Dibanding kuartal keempat tahun lalu, Pertamina banyak mengimpor BBM, karena menghadapi Pemilu. Namun pada kuartal pertama tahun 2009 ini, Pertamina mengurangi impor BBM.
Hartadi juga menyebutkan pasokan devisa dari pihak mengalami peningkatan sejalan dengan meningkatnya penempatan dana asing di Surat Utang Negara (SUN) dan saham.
Total penempatan asing di SBI dan SUN mencapai 8,8 miliar dolar AS. Di pasar saham, asing mencatat net beli 235,9 Juta dolar AS.
Pada posisi April 2009, inflow pada SUN mencapai 302,6 juta dolar AS sehingga posisinya menjadi 7,4 miliar dolar AS.
Pada SBI tercatat outflow 114,3 Juta dolar AS sehingga posisinya menjadi 1,4 miliar dolar AS.
"Posisi cadangan devisa saat ini masih aman. Sebagai tindakan berjaga-jaga, kita memerlukan 'bantalan' terhadap posisi cadangan devisa tersebut untuk menghadapi kondisi yang paling buruk," katanya.
(*)
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2009