Kolombo (ANTARA News/AFP) - Pemerintah Sri Lanka, Jumat, berikrar akan menghabisi pemberontak Macan Tamil dalam 48 jam, mengabaikan imbauan internasional bagi satu gencatan senjata dan memperingatkan akan terjadi "malapetaka kemanusiaan" di daerah yang dikuasai pemberontak.

Tanda-tanda bahwa serangan terakhir terhadap kelompok separatis sudah dekat sementara staf Sekjen PBB Ban Ki moon datang ke pulau itu dalam usaha baru untuk menghentikan pembunuhan besar-besaran itu.

Komite Palang Merah Merah Internasional (ICRC) , satu-satunya organisasi netral di daerah konflik itu mengatakan stafnya "menyaksikan suatu malapetaka kemanusiaan yang tidak dapat dibayangkan."

Inggris yang pernah menjajah Sri Lanka mengatakan pihaknya ingin menyelidiki apa yang disebut kejahatan perang, sementara Amerika Serikat mengumumkan pihaknya memblokir paket pinjaman Dana Moneter Internasional dua miliar dolar untuk Sri Lanka.

Puluhan ribu warga sipil Tamil diperkirakan terperangkap di daerah hutan kecil yang masih dikuasai pemberontak. Ratusan orang dilaporkan tewas akibat serangan membabibuta pekan lalu.

Tetapi juru bicara pemerintah Sri Lanka Anusha Palpita mengatakan perang akan berakhir Ahad pagi.

"Presiden (Mahinda Rajapakse) menjamin bahwa dalam 48 jam ke depan ribuan warga sipil akan dibebaskan dari sarang Macan Tamil," kata Palpita.

"Seluruh wilayah akan dibebaskan dari kekuasaan Macan Tamil."

"Pasukan keamanan melanjutkan operasi kemanusiaan untuk membebaskan para warga sipil Tamil yang dijadikan sandera oleh Macan Tamil ," kata seorang pejabat.

Pemerintah menegaskan bahwa pemberontak menggunakan warga sipil sebagai perisai manusia dan mereka harus diselamatkan. Setiap warga sipil tewas di dalam wilayah Macan Tamil menjadi tanggungjawab pemberontak itu.

Ketua hak asasi manusia PBB Navi Villay sudah mengatakan kedua pihak dituduh melakukan kejahatan perang.

ICRC, satu-satunya organisasi kemanusiaan yang diizinkan pemerintah beroperasi di zona konflik , mengeluarkan pernyataannya yang paling suram mengenai pertempuran sekarang.

"Staf kami menyaksikan satu malapetaka kemanusiaan yang tidak dapat dibayangkan," kata Pierre Krahenbuhl , direktur operasi ICRC di Jenewa.

Ia mengatakan sebuah kapal Palang Merah tidak dapat mencapai penduduk sipil yang cedera selama tiga hari karena pertempuran seru, sementara bantuan pangan darurat juga tertahan di pantai.

PBB mengatakan sekitar 50.000 orang terperangkap di tempat-tempat perlindungan sempit dan sedikit atau tanpa makanan, air atau fasilitas medis.

Seorang utusan penting PBB, staf sekjen PBB Vijay Nambiar,menurut rencana akan tiba di pulau itu , Jumat" untuk membantu menyelesaikan masalah kemanusiaan," kata pejabat di New York.

Misi-misi perdamaian terdahulu yang dilakukan para diplomat penting berakhir tanpa hasil , dan pada hari Kamis pemerintah Sri Lanka berikrar bahwa pihaknya tidak akan tunduk pada desakan untuk menghentikan perang itu.

Menlu AS Hillary Clinton mengatakan ini berarti "bukan saatnya yang layak" untuk mempertimbangkan satu pinjaman IMF untuk pulau itu.

AS adalah pemegang saham utama di IMF dan persetujuannya adalah kunci bagi pencairan pinjaman itu.

Di Inggris, menteri muda luar negeri Bill Rommell menyerukan pemeriksaan kejahatan perang -- sesuatu yang sudah dituntut oleh kelompok-kelompok hak asasi manusia terkemuka.

"Menurut perkiraan PBB , jika itu akurat lebih dari 6.500 warga sipil tewas sejak Januari ," katanya .

"Kami akan mendukung penyelidikan awal semua insiden yang mungkin menimbulkan korban sipil... untuk memutuskan apakah kejahatan perang telah dilakukan."
(*)

Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2009