Islamabad (ANTARA News/AFP) - Jurubicara militer utama Pakistan Mayjen Athar Abbas mengatakan, Kamis, 54 militan dan sembilan personel pasukan keamanan tewas selama operasi di wilayah baratlaut dalam 24 jam terakhir.
Sebelumnya dilaporkan bahwa lebih dari 750 militan tewas sejak militer meluncurkan ofensif terhadap Taliban di tiga distrik di Pakistan baratlaut.
"Dalam 24 jam terakhir, 54 penjahat, militan dan teroris tewas dalam operasi di berbagai tempat," kata Abbas pada jumpa pers di Islamabad, ibukota Pakistan.
"Sembilan personel keamanan juga mati syahid," tambah jurubicara tersebut.
Angka-angka kematian itu tidak bisa dikonfirmasi secara independen karena wartawan mengalami kesulitan untuk memperoleh informasi yang terpercaya mengenai perkembangan di belakang garis perang, yang ditutup oleh militer, dan banyak wartawan lokal lari menyelamatkan diri dari pertempuran dalam pengungsian sipil besar-besaran.
Sementara itu, lebih dari 834.000 warga sipil mengungsi untuk menyelamatkan diri dari perang terakhir antara pasukan pemerintah dan Taliban di wilayah baratlaut.
Angka itu merupakan lonjakan dari angka sebelumnya 163.000 orang yang tercatat sejak Rabu, ketika keluarga-keluarga yang putus-asa pergi dengan truk dan traktor atau berjalan kaki keluar dari ketiga distrik yang dilanda pertempuran terburuk itu dan segera membangun kamp-kamp pengungsi.
"Sekitar 834.000 pengungsi tercatat sejauh ini. Ini merupakan pengungsian besar-besaran di dunia pada saat ini," kata ketua Komisi Tinggi PBB Urusan Pengungsi Antonio Guterres.
Pasukan keamanan Pakistan meluncurkan ofensif pada akhir April di distrik-distrik Swat, Lower Dir dan Buner setelah gerilyawan bergerak maju dalam jarak 100 kilometer dari Islamabad.
Kawasan suku Pakistan, terutama Bajaur, dilanda kekerasan sejak ratusan Taliban dan gerilyawan Al-Qaeda melarikan diri ke wilayah itu setelah invasi pimpinan AS pada akhir 2001 menggulingkan pemerintah Taliban di Afghanistan.
Pemimpin Al-Qaeda di Pakistan dan deputinya tewas pada 1 Januari dalam serangan udara yang diduga dilakukan pesawat tak berawak AS di Waziristan Selatan, menurut sejumlah pejabat keamanan setempat.
Para pejabat yakin bahwa Usama al-Kini, yang disebut-sebut sebagai pemimpin operasi Al-Qaeda di Pakistan, mendalangi serangan bom truk terhadap Hotel Marriott di Islamabad pada September lalu, dan memiliki hubungan dengan serangan-serangan bom pada 1998 terhadap Kedutaan Besar AS di Afrika.
Pasukan Amerika menyatakan, daerah perbatasan Pakistan digunakan kelompok militan sebagai tempat untuk melakukan pelatihan, penyusunan kembali kekuatan dan peluncuran serangan terhadap pasukan koalisi di Afghanistan.
Pakistan mendapat tekanan internasional yang meningkat agar menumpas kelompok militan di wilayah baratlaut dan zona suku di tengah meningkatnya serangan-serangan lintas-batas pemberontak terhadap pasukan internasional di Afghanistan.
Pakistan menempatkan sekitar 120.000 prajurit di sepanjang perbatasan itu dan menekankan bahwa tanggung jawab menghentikan penyusupan juga bergantung pada pasukan keamanan yang berada di Afghanistan.
Menurut militer Pakistan, lebih dari 1.500 militan tewas sejak mereka melancarkan ofensif di Bajaur pada awal Agustus, termasuk komandan operasional Al-Qaeda di kawasan itu, Abu Saeed Al-Masri yang berkebangsaan Mesir.
Daerah itu juga dihantam serangan rudal yang hampir mengenai Ayman al-Zawahiri, orang kedua Osama bin Laden, pada Januari 2006.
Terdapat sekitar 70.000 pengungsi Afghanistan di Bajaur, yang tinggal di sana sejak akhir 1970-an setelah mereka melarikan diri dari invasi Uni Sovyet ke Afghanistan.(*)
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2009