Jakarta (ANTARA News) - Bank Perkreditan Rakyat (BPR) memiliki daya tahan relatif baik terhadap dampak krisis keuangan, kata Direktur Direktorat Kredit, BPR dan UMKM Bank Indonesia Ratna E. Amiaty.
"Kinerja BPR tidak jelek-jelek amat, memang kita akui likuiditas mengalami sedikit penurunan dan beberapa BPR di Lampung terpaksa ditutup, namun secara nasional, kinerja BPR masih menjanjikan," kata Ratna, ketika berbicara pada "Asia Pacific Conference Exhibition" di Jakarta, Kamis.
Dia mengungkapkan, meningkatnya Non Performing Loan (NPL) atau kredit bermasalah hanya menimpa beberapa BPR saja dan saat izin usaha salah satu BPR di Lampung dicabut akhir Maret 2009, NPL BPR naik lagi pada level 7,5 persen.
Ratna mengungkapkan, kinerja BPR pada kuartal pertama 2009 meningkat pesat di mana total Dana Pihak Ketiga (DPK) yang dihimpun Rp21,79 trilun atau tumbuh 11,33 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Total kredit yang disalurkan Rp25,33 triliun atau tumbuh 17,26 persen dibandingkan periode sama tahun 2008, sedangkan rasio utangnya (Loan Deposit to Ratio) tumbuh 80,91 persen, dengan rasio kecukupan modal (CAR) 1,87 persen.
Jumlah BPR di Indonesia saat ini 1.768 unit dengan total aset sampai triwulan pertama tahun 2009 sebanyak Rp32,68 triliun.
Ratna menyungkapkan, kebijakan pengembangan BPR akan diarahkan guna membawa BPR tetap pada akarya, yaitu penguatan peran dan kontribusi BPR sebagai bank sosial (community bank) dan penyedia jasa perbankan untuk UMKM dan masyarakat.
Ratna menjelaskan, untuk optimalisasi peran BPR dalam memberikan pelayanan kepada UMKM, diperlukan upaya menciptakan BPR yang efisien dalam hal efisiensi struktur dana, biaya operasional, dan penyaluran kredit. (*)
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2009