Jakarta (ANTARA News) - Ketua Umum Muhammadiyah Din Syamsuddin mengingatkan berbagai kalangan untuk tidak sinis dalam menanggapi pasangan capres dan cawapres yang dianggap tidak lazim.

"Kalau ada yang berpikiran seperti itu wajar saja dan tidak perlu ditanggapi secara sinis," kata dia kepada pers usai membesuk Taufiq Kiemas di Rumah Sakit Metropolitan Medical Centre, Jakarta, Kamis.

Menurut dia, saat ini dari partai Islam maupun ormas Islam ada yang berpandangan dan memiliki aspirasi serta obsesi agar kepemimpinan nasional terdiri dari duet antara dua aliran utama politik di Indonesia sebagaimana lazimnya.

Yakni pasangan nasionalis-Islam dan jawa-luar jawa sebagaimana yang telah terjadi dalam kepeminpinan nasional sebelumnya untuk posisi presiden dan wakil presiden.

Din juga berpendapat, akan sangat baik jika kombinasi yang dinilai tidak lazim itu bisa dikomunikasikan dengan baik dengan partai mitra koalisi agar koalisi yang akan terbentuk tetap utuh.

Muhammdiyah sendiri tidak terikat dan terlibat dengan politik praktis dan juga tidak turut mencalonkan atau mendukung, karena itu tidak terlalu terikat secara emosional terkait proses pencalonan salah seorang pasangan capres.

Salah satu ormas Islam terbesar itu juga telah menyampaikan pokok-pokok pikiran kepada dua bakal capres Yudhoyono dan Jusuf Kalla mengenai konsep revitalisasi visi dan karakter bangsa untuk lima tahun ke depan.

"Karena itu warga Muhammadiyah agar cukup cerdas dalam memilih pasangan mana yang dianggap bisa membawa aspirasi rakyat atau umat dan bangsa Indonesia secara keseluruhan," ujarnya.

Sementara itu pasangan yang telah mendeklarasikan diri sebagai capres dan cawapres di pilpres mendatang adalah Jusuf Kalla-Wiranto, kemudian Yudhoyono kemungkinan besar maju berpasangan dengan cawapres Boediono dan kemungkinan Megawati berpasangan dengan Prabowo.
(*)

Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2009