Itu akan menjadi penumpukan minyak mentah raksasa, itu akan menjadi penumpukan bensin raksasa

New York (ANTARA) - Harga minyak merosot lagi pada akhir perdagangan Selasa (Rabu pagi WIB), di tengah membengkaknya pasokan minyak mentah dan melemahnya permintaan bahan bakar karena pandemi Virus Corona, sementara investor semakin hati-hati atas ekspektasi bahwa produsen terbesar dunia akan segera menyetujui pengurangan produksi.

Harga minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Mei, jatuh 2,45 dolar AS atau 9,4 persen menjadi menetap di 23,63 dolar AS per barel, mempercepat kerugiannya di sore hari menjelang laporan persediaan minyak mentah mingguan AS.

Sementara itu harga minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman Juni, kehilangan 1,18 dolar AS atau 3,6 persen menjadi ditutup pada 31,87 dolar AS per barel.

Data dari American Petroleum Institute (API), sebuah kelompok industri, menunjukkan stok minyak mentah melonjak 11,9 juta barel pekan lalu menjadi 473,8 juta barel, dibandingkan dengan ekspektasi para analis untuk penambahan 9,3 juta barel.

Data persediaan minyak pemerintah AS akan dikeluarkan pada Rabu waktu setempat.

"Saya tidak bisa memikirkan skenario dalam bentuk apa pun di mana itu bisa menjadi situasi bullish," kata Ddirektur Berjangka Energi Mizuho, Bob Yawger. "Itu akan menjadi penumpukan minyak mentah raksasa, itu akan menjadi penumpukan bensin raksasa."

Pemasok-pemasok utama minyak mentah global, termasuk Arab Saudi dan Rusia, berencana bertemu pada Kamis (8/4/2020) untuk membahas pengurangan produksi, tetapi beberapa menteri energi mengatakan mereka akan melakukannya hanya jika Amerika Serikat bergabung dengan pemotongannya sendiri, sumber mengatakan kepada Reuters.

"Pasar mengindikasikan bahwa mereka menginginkan beberapa kepastian lebih lanjut tentang apakah Rusia dan Saudi akan mencapai kesepakatan untuk membatasi pasokan," kata Wakil Presiden Riset Pasar Tradition Energy, Gene McGillian di Stamford, Connecticut.

Pada Selasa (7/4/2020), Departemen Energi AS mencatat perkiraan bulanan baru, menunjukkan bahwa produksi sudah turun tanpa keterlibatan pemerintah.

Setiap kesepakatan akhir tentang seberapa banyak Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan sekutunya, yang dikenal secara kolektif sebagai OPEC+, akan mengekang produksi akan tergantung pada volume yang ingin dipangkas oleh para produsen seperti Amerika Serikat, Kanada dan Brazil, kata sebuah sumber OPEC, Selasa (7/4/2020).

OPEC+ telah membatasi produksi dalam beberapa tahun terakhir bahkan ketika produsen AS meningkatkan produksinya untuk menjadikan negara itu produsen minyak mentah terbesar di dunia.

Presiden AS Donald Trump pada Senin (6/4/2020) mengatakan OPEC tidak memintanya untuk mendorong produsen minyak dalam negeri memangkas produksi guna menopang harga. Dia juga mengatakan produksi AS sudah menurun dalam menanggapi jatuhnya harga.

Produksi minyak mentah AS diperkirakan turun 470.000 barel per hari (bph) dan permintaan akan turun sekitar 1,3 juta bph pada 2020, Badan Informasi Energi AS (EIA) mengatakan. Konsumsi bensin AS akan mencapai level terendah dalam 20 tahun pada kuartal kedua 2020, katanya.

Baca juga: Harga emas jatuh 10 dolar, dipicu investor menjauh dari aset aman

Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2020