Kolombo (ANTARA News/AFP/Reuters) - Serangan bom terhadap sebuah rumah sakit darurat di zona perang di Sri Lanka timurlaut hari Rabu menewaskan sedikitnya 50 warga sipil dan mencederai lebih dari 60 orang, kata seorang dokter di sana kepada AFP.
"Sedikitnya 50 orang tewas dan lebih dari 60 cedera dalam pemboman hari ini," kata T. Varatharajah, seorang dokter di fasilitas medis sementara di Mullivaikal itu melalui telefon.
Dua pegawai rumah sakit termasuk diantara mereka yang tewas, katanya.
Komite Internasional Palang Merah (ICRC), yang tidak bisa mengangkut korban-korban yang cedera atau mengirim bantuan dengan kapal karena pertempuran berhari-hari, mengatakan, salah seorang staf lokal mereka juga tewas dalam serangan itu.
"Seorang pekerja yang berusia 31 tahun tewas sore ini di zona konflik akibat pemboman. Ibunya juga tewas," kata jurubicara ICRC Sarasi Wijeratne. ICRC merupakan satu-satunya badan bantuan internasional yang masih bekerja di zona perang Sri Lanka.
Dokter Varatharajah mengatakan, serangan itu terjadi setelah serangan serupa pada Selasa, yang dikabarkan menewaskan 47 orang dan mencederai 56 lain.
Pemboman terakhir itu telah menghalangi pengungsian 800 pasien oleh ICRC dari zona tersebut, kata dokter itu.
Ia tidak mengatakan siapa yang bertanggung jawab atas pemboman itu, namun pemberontak Macan Tamil menuduh pasukan pemerintah melancarkan serangan tersebut.
Militer telah membantah menggunakan senjata berat. Pemerintah Sri Lanka mengatakan bahwa para dokter di daerah itu juga disandera oleh Macan Tamil dan mempertanyakan kredibilitas keterangan mereka.
Klaim-klaim yang simpang-siur merupakan ciri dari konflik di Sri Lanka.
Pasukan keamanan kini membatasi Macan Tamil di daerah kecil setelah pertempuran hebat hampir tiga tahun yang membuat kelompok pemberontak yang pernah menguasai sepertiga wilayah Sri Lanka itu kehilangan negara de fakto mereka.
Militer memperkirakan, lebih dari 20.000 warga sipil terperangkap di daerah kecil dimana Macan Tamil melakukan perlawanan terhadap serangan pasukan pemerintah. PBB menyatakan, hampir 50.000 warga sipil mungkin terperangkap dalam pertempuran.
Pemerintah mengatakan bahwa pasukannya tidak akan menembaki "zona aman", sementara Macan Tamil tidak memberikan jaminan semacam itu.
Sri Lanka yakin bahwa mereka berada di ambang kemenangan perang atas Macan Pembebasan Tamil Eelam (LTTE) setelah pertempuran 37 tahun dan menolak seruan-seruan internasional, termasuk negara-negara yang tergabung dalam G8 dan PBB, untuk menghentikan perang.
Presiden Sri Lanka Mahinda Rajapakse telah beberapa kali mendesak pemberontak Macan Tamil menyerah untuk menghindari pembasmian total.
Rajapakse, yang juga panglima tertinggi angkatan bersenjata, juga menolak seruan-seruan bagi gencatan senjata dan menekankan bahwa Macan Tamil harus meletakkan senjata dan mengizinkan warga sipil keluar dari daerah-daerah yang masih mereka kuasai.
Gerilyawan Tamil dikepung selama berbulan-bulan di sebuah daerah hutan kecil oleh pasukan yang tampaknya hampir mengakhiri perang separatis mereka.
Macan Tamil mengakui telah kehilangan sejumlah wilayah dalam pertempuran dengan pasukan pemerintah dan menuduh Kolombo membunuhi warga sipil.
Militer membantah hal itu dan mengatakan, warga sipil yang melarikan diri ditembaki oleh pemberontak yang ingin menahan penduduk desa sebagai tameng manusia.
Sejumlah analis mengatakan bahwa Macan Tamil semakin mendekati kekalahan dan perang akan segera berakhir.
Militer telah mencapai serangkaian kemenangan, termasuk merebut kembali Kilinochchi, yang diklaim LTTE sebagai ibukota mereka, dan mengusir pemberontak tersebut dari Semenanjung Jaffna.
Pertempuran antara pasukan pemerintah dan pemberontak LTTE meningkat sejak pemerintah secara resmi menarik diri dari gencatan senjata enam tahun pada Januari 2008.
Pembuktian independen mengenai klaim-klaim jumlah korban mustahil dilakukan karena pemerintah Kolombo melarang wartawan pergi ke zona-zona pertempuran.
Lebih dari 70.000 orang tewas dalam konflik separatis panjang di Sri Lanka sejak 1972.
Sekitar 15.000 pemberontak Tamil memerangi pemerintah Sri Lanka dalam konflik etnik itu dalam upaya mendirikan sebuah negara Tamil merdeka.
Masyarakat Tamil mencapai sekitar 18 persen dari penduduk Sri Lanka yang berjumlah 19,2 juta orang dan mereka terpusat di provinsi-provinsi utara dan timur yang dikuasai pemberontak.(*)
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2009