Defisit transaksi berjalan tahun ini setelah pertimbangkan dampak COVID-19 itu masih terjagaJakarta (ANTARA) - Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo optimistis defisit transaksi berjalan atau
(current account deficit/CAD) di Indonesia tetap berada di kisaran 2,5 persen hingga 3 persen dari produk domestik bruto (PDB) di tengah pandemi COVID-19.
“Defisit transaksi berjalan tahun ini setelah pertimbangkan dampak COVID-19 itu masih terjaga dan terkendali pada tingkat 2,5 persen sampai 3 persen dari PDB,” katanya dalam konferensi pers secara daring di Jakarta, Selasa.
Baca juga: Meski turun, BI pastikan cadangan devisa cukup penuhi kebutuhan
Perry mengatakan sebenarnya COVID-19 menimbulkan gangguan pada rantai pasok sejumlah barang hingga menyebabkan turunnya harga komoditas dan menekan perekonomian global.
Namun, di sisi lain, menurut dia, di Indonesia penurunan impor lebih dalam dibandingkan penurunan ekspor sehingga pihaknya memperkirakan defisit transaksi berjalan tetap di level 2,5 persen hingga 3 persen dari PDB.
“Kita lihat defisit transaksi berjalan Indonesia yang penurunan impornya lebih besar, karena struktur ekonomi kita memerlukan impor yang besar, jadi penurunannya lebih tinggi daripada ekspor,” ujarnya.
Perry menyatakan perkiraan defisit transaksi berjalan itu tidak hanya mempertimbangkan penurunan yang terjadi pada ekspor dan impor saja, melainkan juga dari faktor lain yang turut mengalami tekanan.
Perry menyebutkan faktor lain tersebut adalah devisa pariwisata dan travel yang mengalami tekanan akibat orang-orang tak melakukan perjalanan di tengah pandemi COVID-19.
“Netto devisa dan travel masih turun, lalu penurunan impor lebih tinggi sehingga CAD 2,5 persen sampai 3 persen sejauh ini masih kami yakini akan terkendali pada 2020,” tegasnya.
Baca juga: BI optimis rupiah menguat Rp15 ribu per dolar AS akhir 2020
Baca juga: Gubernur BI: The Fed berikan fasilitas "repo line" 60 miliar dolar AS
Pewarta: Astrid Faidlatul Habibah
Editor: Kelik Dewanto
Copyright © ANTARA 2020