Singapura, (ANTARA News) - Harga minyak di perdagangkan Asia mendekati 60 dolar AS per barel, pada Rabu, di tengah optimisme seputar pemulihan ekonomi global, kata para analis.
Pelemahan dolar AS yang membuat minyak yang dihargai dengan mata uang tersebut lebih murah bagi para pembeli yang menggunakan mata uang kuat membantu mendorong harga, kata para analis, demikian dikutip dari AFP.
Kontrak berjangka utama New York untuk minyak mentah light sweet pengiriman Juni, naik 68 sen menjadi 59,53 dolar per barel.
Kontrak tersebut meluncur dengan cepat ke tingkat tinggi enam bulan dalam perdagangan sehari pada Selasa, menembus hingga 60 dolar per barel mencapai tingkat tertingginya sejak pertengahan November.
Minyak mentah Laut Utara Brent untuk pengiriman Juni naik 76 sen menjadi 58,70 dolar.
Data ekonomi Amerika Serikat yang lebih baik dari pada yang diperkirakan telah memunculkan harapan bahwa ekonomi global akan pulih dari pelemahan terburuknya sejak depresi besar secara relatif cepat, di mana akan dapat mendorong permintaan minyak, kata analis lainnya.
Tetapi pedagang independen Ellis Eckland memperingatkan bahwa harga minyak yang lebih tinggi dapat memperlemah ekonomi untuk "rebound".
Selain itu suatu pelemahan dolar "juga menciptakan kelebihan likuiditas yang masuk ke dalam komoditas dan saham," tambahnya.
Setelah jatuh dari rekor tertinggi di atas 147 dolar AS per barel pada 11 Juli 2008 ke 32,40 dolar AS pada Desember, harga minyak telah sedikit naik, dengan langkah yang lebih cepat dalam pekan-pekan belakangan ini.
"Jika anda mulai melihat harga minyak pada level 60 atau 70-an dolar, pasti mendorong untuk menaruh uang konsumen di dompet dan akan mengganggu permintaan," katanya.
Persediaan minyak mentah AS pada level tertinggi sejak 1990 dan para analis memperkirakan kenaikan lain, ketika Departemen Energi AS (DoE) mempublikasikan laporan persediaan energi mingguan pada Rabu.
Eckland memperingatkan bahwa kenaikan harga minyak dapat menghambat pemulihan. DoE pada Selasa menurunkan proyeksi untuk permintaan minyak global 2009 dan 2010. Dalam sebuah laporan bulanan, dikatakan permintaan akan turun 1,8 juta barel per hari tahun ini dan naik 700.000 barel per hari pada 2010.(*)
Pewarta:
Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2009