Herat, Afghanistan (ANTARA News/AFP) - Tim penyelidik yang dibentuk Presiden Hamid Karzai menyimpulkan Senin bahwa 140 warga sipil yang mencakup anak-anak tewas dalam serangan-serangan udara AS di Afghanistan pekan lalu, kata seorang kepala kepolisian.

Karzai sebelumnya mengatakan, 125-130 warga sipil tewas dalam serangan-serangan itu, yang dilakukan di provinsi Farah, Afghanistan barat, pada Senin dan Selasa, namun jumlah itu dipersoalkan oleh militer AS, sementara para pejabat lain Afghanistan mengatakan bahwa jumlah kematian warga sipil mungkin mencapai 167.

Sebuah tim penyelidik yang dibentuk Karzai dan dipimpin oleh Kepala Staf Angkatan Darat Jendral Bismullah Khan mengatakan kepada pihak berwenang di Farah, mereka telah menyimpulkan penyelidikan mereka Senin, kata kepala kepolisian provinsi itu Abdul Ghafar Watandar.

"Mereka mengkonfirmasi dan sepakat bahwa 140 warga sipil tewas dan 25 warga sipil lain cedera dan 12 rumah hancur dalam pemboman itu," katanya.

Tim itu dijadwalkan menyampaikan laporan mereka kepada Karzai yang akan mengumumkan secara resmi hasil penyelidikan itu, kata pejabat kepolisian itu.

Jumah korban itu menjadikannya sebagai salah satu insiden paling mematikan yang merenggut jiwa warga sipil, dalam serangan-serangan AS terhadap gerilyawan sejak Washington memimpin invasi yang menggulingkan rejim Taliban pada akhir 2001.

Sekitar 70.000 prajurit asing di bawah komando NATO dan AS berada di Afghanistan sejak akhir 2001 untuk membantu pemerintah Presiden Hamid Karzai memerangi Taliban dan gerilyawan Al-Qaeda sekutu mereka.

Pemerintah baru AS berencana mengirim 21.000 prajurit tambahan tahun ini untuk menstabilkan Afghanistan, yang dikhawatirkan sejumlah politikus dan analis Barat akan tergelincir ke dalam anarki.

Taliban, yang memerintah Afghanistan sejak 1996, mengobarkan pemberontakan sejak digulingkan dari kekuasaan di negara itu oleh invasi pimpinan AS pada 2001 karena menolak menyerahkan pemimpin Al-Qaeda Osama bin Laden, yang bertanggung jawab atas serangan-serangan di wilayah Amerika yang menewaskan sekitar 3.000 orang pada 11 September 2001.

Gerilyawan Taliban sangat bergantung pada penggunaan bom-bom pinggir jalan dan serangan bunuh diri untuk melawan pemerintah Afghanistan dan pasukan asing yang ditempatkan di negara tersebut.

Dalam salah satu serangan paling berani, gerilyawan tersebut menggunakan penyerang-penyerang bom bunuh diri untuk menjebol penjara Kandahar pada pertengahan Juni, membuat lebih dari 1.000 tahanan yang separuh diantaranya militan berhasil kabur.

Semakin banyaknya prajurit asing yang tewas membuat sejumlah negara Barat enggan mengirim pasukan mereka ke daerah-daerah dimana kelompok dukungan Al-Qaeda itu beroperasi paling aktif.

Jumlah prajurit internasional yang tewas di Afghanistan tahun ini mencapai lebih dari 80, sebagian besar akibat serangan-serangan gerilya, menurut situs berita icasualties.org yang mencatat korban-korban di Afghanistan dan Irak.

Lebih dari 295 prajurit internasional tewas di Afghanistan tahun lalu dan tahun sebelumnya 230.

Taliban telah memperingatkan bahwa mereka akan meningkatkan serangan-serangan terhadap pasukan Afghanistan dan pasukan internasional yang mendukung mereka.(*)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2009