Jakarta (ANTARA News) - Direktur Center for Indonesia Regional and Urban Study (CIRUS) Adrinof Chaniago menilai perbankan nasional terlalu hati-hati dan cenderung konservatif sehingga enggan menyesuaikan suku bunga pinjaman dengan BI Rate yang sudah turun menjadi 7,25 persen.

"Mungkin perbankan kita sudah terlalu sering berspekulasi. Padahal, sudah ada Lembaga Penjamin Simpanan (LPS), dan penurunan suku bunga acuan (BI Rate)," kata Adrinof di Jakarta, Senin.

Perbankan mestinya melaksanakan peran intermediasi karena apabila intermediasi perbankan berjalan baik akan mendorong bergeraknya dunia usaha, tambahnya.

"Dunia usaha kini menunggu kebijakan perbankan karena secara teori apabila suku bunga pinjaman rendah, produksi meningkat, konsumsi meningkat, dan lapangan pekerjaan juga terbuka," kata pengamat asal Pesisir Selatan, Sumatera Barat itu.

Dia mengatakan perbankan nasional ikut berperan dalam menggerakkan perekonomian nasional jika mereka mau menurunkan suku bunga pinjaman karena langkah ini akan mendorong bergeraknya sektor riil.

Adrinof mengingatkan, jika bank enggan menurunkan suku bunga pinjaman, maka masyarakat dan dunia usaha akan beralih ke sistem pembiayaan lain.

"Masyarakat juga akan memilih investasi di sektor yang fluktuatif seperti bisnis mata uang asing, pasar saham, obligasi, atau pasar uang lainnya," ungkapnya seraya menilai ini sebagai hasil dari menurunnya kepercayaan masyarakat pada perbankan.

"Padahal kehadiran perbankan selain sebagai fungsi intermediasi, diharapkan menjadi lembaga penyeimbang terhadap sektor investasi yang fluktuatif," katanya. (*)

Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2009