perkembangannya dalam waktu 1-2 bulan bisa diproduksi sebanyak 100 ribu, sambil gugus tugas mendatangkan rapid test dari luar negeri

Jakarta (ANTARA) - Menteri Riset dan Teknologi/Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Bambang PS Brodjonegoro menyebutkan saat ini sedang disiapkan produksi 100 ribu alat tes cepat COVID-19.

"Yang rapid test, yang berbasis antigen, perkembangannya dalam waktu 1-2 bulan bisa diproduksi sebanyak 100 ribu, sambil gugus tugas mendatangkan rapid test dari luar negeri," kata Bambang saat konferensi pers di Graha BNPB Jakarta, Senin.

Baca juga: Menristek upayakan percepat pengujian terduga COVID-19

Diakui Bambang, hasil pemeriksaan tes cepat memang tidak seakurat pemeriksaan menggunakan metode Polymerase Chain Reaction (PCR), namun setidaknya bisa membantu melakukan pemeriksaan awal.

Apalagi, kata dia, hasil pemeriksaan tes itu tersebut diketahui dalam waktu 10-15 menit sehingga bisa dilakukan penanganan segera kepada mereka yang sudah dites dengan pendekatan itu.

"Memang ada kemungkinan 'false', negatif, yang mengakibatkan pengujian rapid tes tidak bisa dilakukan sekali. Kalau yang pertama kali diidentifikasi negatif, harus ada pemeriksaan berikutnya. Tapi kalau diperiksa positif, artinya bisa segera langsung ditangani," katanya.

Baca juga: Menristek bentuk konsorsium riset teknologi penanganan COVID-19

Selain itu, kata dia, dalam waktu tidak lebih dari sebulan lagi akan dikembangkan mobile test kit yang berbasis PCR untuk menunjang pemeriksaan COVID-19 di tempat-tempat yang belum dilengkapi laboratorium setara Biosafety Level (BSL) 2.

"Jadi, dengan kata lain ini semacam mobile BSL 2, terutama untuk pendukung pemeriksaan PCR yang dilakukan di tempat yang belum dilengkapi dengan laboratorium setara BSL 2. Mudah-mudahan inovasi seperti ini akan sangat membantu. Kita sudah membuat tesk kitnya, dan dibuat dalam bentuk mobile bisa dipakai di berbagai daerah di Indonesia," katanya.

Sementara itu, jumlah pasien positif COVID-19 per Senin, 6 April 2020 petang tercatat sebanyak 2.491 kasus, dengan rincian pasien sembuh sebanyak 192 orang, sementara 209 meninggal dunia.

Baca juga: Menristek Bambang Brodjonegoro dan istri negatif COVID-19

Sejauh ini, catatan pemerintah menunjukkan DKI Jakarta masih jadi provinsi dengan jumlah pasien positif COVID-19 terbanyak, yaitu 1.232 jiwa per 6 April.

Setelah DKI Jakarta, ada Jawa Barat dengan 263 kasus, Jawa Timur dengan 189 kasus, Banten dengan 187 kasus, Jawa Tengah dengan 132 kasus, dan Sulawesi Selatan dengan 113 kasus.

Data Gugus Tugas mencatat 32 provinsi sudah terpapar COVID-19 dengan rincian 20 provinsi mengalami peningkatan kasus positif per 6 April di antaranya di Bali (tambah 7 kasus), Banten (tambah 10 kasus), DI Yogyakarta (tambah 6 kasus).

Kemudian, DKI Jakarta (tambah 101 kasus), Jawa Barat (tambah 11 kasus), Jawa Tengah (tambah 12 kasus), Jawa Timur (tambah satu kasus), Kalimantan Barat (tambah dua kasus), Kalimantan Timur (tambah satu kasus).

Di Kalimantan Tengah (tambah 9 kasus), Kalimantan Selatan (tambah dua kasus), Kalimantan Utara (tambah tujuh kasus), Nusa Tenggara Barat (tambah tiga kasus), Sumatera Barat (tambah 10 kasus), Sulawesi Utara (tambah dua kasus), Sumatera Utara (tambah satu kasus), Sulawesi Tenggara (tambah satu kasus), Sulawesi Selatan (tambah 30 kasus), Lampung (tambah satu kasus), dan Riau (tambah satu kasus).

Baca juga: Eijkman surati Menristek untuk pengembangan vaksin COVID-19

Pewarta: Zuhdiar Laeis
Editor: Agus Salim
Copyright © ANTARA 2020