"Di sekitar pusat semburan terus terjadi penurunan tanah. Dikhawatirkan bubble yang sudah mati akan muncul lagi," kata Humas Badan Penanggulangan Lumpur Sidoarjo, Ahmad Zulkarnain saat dikonfirmasi, Senin.
Ahmad menuturkan, pihaknya telah mendeteksi ratusan semburan yang sempat berhenti.
"Pantauan kami, semburan lama di Tanggul Siring, dekat Jalan Raya Porong akan kembali muncul," katanya.
Semburan itu muncul karena rekahan dalam tanah mulai membesar dan tekanan dari bawah dapat menimbulkan semburan, namun semburan ini masih bisa dikendalikan.
"Dulu semburan itu kami tutup dengan pasir. Tapi kalau semburan itu muncul lagi akan kami pasang cerobong sehingga gas metan yang keluar bisa cepat terurai di udara," terangnya.
Ahmad menjamin semburan ini tidak membahayakan pengguna Jalan Raya Porong, tetapi cerobong harus tetap dipasang untuk menetralisir gas metan agar tidak menyebar di dekat semburan dan tidak merambah ke Jalan Raya Porong.
Selain semburan lama yang bermunculan, BPLS juga mendeteksi gas yang disinyalir terus meningkat dalam beberapa hari ini dan berbahaya bila dihirup, terutama jika kandungan gas diatas 20 persen.
Lumpur yang keluar dari pusat semburan pernah mencapai 100 ribu meter kubik per hari, saat ini diperkirakan hanya mencapai 70 ribu meter kubik per hari dan bersifat fluktuatif
Ahmad menjelaskan, penurunan tanah diantaranya disebabkan oleh menumpuknya lumpur di kolam penampungan yang sejak bulan Oktober tidak dialirkan, sementara kibat meningkatnya tekanan, empat semburan lama yang mulanya mati kini aktif lagi.
Dari seluruh jumlah semburan yang kini mencapai sebanyak 112, yang tergolong semburan baru ada tujuh titik meliputi empat di Siring Barat, dan masing-masing satu di Jatirejo, Desa Wunut, Desa Pejarakan dan Jabon, demikian Ahmad. (*)
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2009