"Bio Farma telah memperoleh bibit vaksin flu strain Mexico dari WHO untuk pengembangan skala kecil," kata Dirut Bio Farma, Isa Mansyur, di Jakarta, Senin.
Ia menjelaskan, pengembangan vaksin H1N1 tersebut, sejalan dengan pengembangan vaksin flu burung (H5N1) yang sudah dikembangkan sebelujmnya.
Ia menjelaskan, saat ini Bio Farma sedang mengembangkan vaksin flu burung yang masuk dalam pengembangan teknologi "seasonal flu" (produksi vaksin flu musiman).
Menurutnya, untuk mengembangkan vaksin flu burung tersebut pihaknya telah memperoleh sample virus dari Organisasi Kesehatan Dunia melalui National Istitutite Biological Standardization, Inggris.
Untuk tahap awal pengembangan vaksin dilakukan dengan bahan baku telur ayam berkualitas tinggi untuk memproduksi vaksin campak.
Fasilitas teknologi pengembangan vaksin flu bagi manusia sama saja, sehingga tinggal mengganti jenis pengembangan virusnya saja.
Ia menjelaskan, untuk mengembangkan vaksin flu burung pihaknya telah bekerjasama dengan kelompok akademisi, bisnis, dan pemerintah.
"Ketiga kelompok tersebut, kalangan perguruan tinggi, kelompok bisnis dan pemerintah sebagai regulator harus besinergi sehingga mendapatkan hasil pengembangan vaksin yang maksimal," katanya.
Isa menjelaskan, untuk pengembangan vaksin flu burung Bio Farma memperoleh dana dari pemerintah sebesar Rp700 miliar pada tahun anggaran 2008.
"Waktu yang dibutuhkan untuk mengembangkan vaksin sekitar dua tahun mulai dari uji klinik apakah dapat memberi anti bodi atau tidak hingga mendapat rekomendasi dari Badan Pengawasan Obat dan Makanan," ujarnya.
Isa menambahkan, dari sisi pengembangan dan produksi vaksin Bio Farma sangat siap, tinggal tergantung regulasinya saja.
"Untuk mengembangkan suatu vaksin multi fungsi butuh waktu panjang dengan teknologi riset dan pengembangan bisa dipercepat," ujarnya.
Bio Farma merupakan salah satu dari 23 perusahaan produsen vaksin dunia yang telah mendapat akreditasi dari WHO.(*)
Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2009