Bandung (ANTARA News) - Departemen Kesehatan Republik Indonesia (Depkes RI) tengah merancang pembangunan fasilitas riset dan alih teknologi produksi vaksin flu burung untuk manusia.

"Kita bersiap alih teknologi produksi vaksin flu burung sebagai antisipasi ancaman penyakit menular pada umumnya dan pendemi influenza pada khususnya," kata Menkes Prof Dr dr Siti Fadilah Supari Sp.JP(K) ketika membuka Pertemuan Nasional Evaluasi dan Perencanaan Program Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (PP&PL) di Bandung, Minggu malam.

Pertemuan nasional itu diikuti 200 orang peserta dari Depkes, Kepala Dinas Kesehatan Terpilih, dan Kepala UPT meliputi 48 Kepala Kantor Kesehatan Pelabuhan, dan 10 Kepala BBTKL-PPM.

Menurut Menkes, proyek tersebut difokuskan pada dua tempat yaitu Universitas Airlangga Surabaya untuk penyiapan "seed vacsin" (biang vaksin) dengan Bio safety Level-3 (BSL 3) dan PT. Biofarma Bandung untuk Chicken Breeding, fasilitas produksi vaksin skala industri.

Untuk mengatasi flu burung serta mengantisipasi flu baru lainnya seperti swine flu/ flu babi, Depkes telah menetapkan beberapa kebijakan dan langkah-langkah strategis mengatasi masalah dan tantangan Multiple Burden Diseases.

Adapun kebijakan lainnya meliputi penetapan pengetahuan dan pemahaman seluruh stake holders pelaku pembangunan terhadap nilai-nilai pembangunan kesehatan.

Menetapkan empat strategi utama sebagai Pilar Pembangunan Kesehatan termasuk pengendalian penyakit dan penyehatan lingkungan, yaitu menggerakkan dan memberdayakan masyarakat untuk hidup sehat, meningkatkan akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan berkualitas, meningkatkan sistem surveilans, monitoring dan informasi kesehatan, serta meningkatkan pembiayan kesehatan.

Selain itu juga "Capacity and competency Building" yang ditandai dengan restrukturasi organisasi antara lain Direktorat Penyakit tidak Menular, peningkatan kelas Unit Pelaksana Teknis (UPT) Ditjen PP&PL antara lain 7 Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) menjadi kelas I dan empat Balai Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pencegahan Pemberantasan Penyakit (BTKL-PPM) menjadi Balai Besar.

Disamping tantangan tersebut, Menkes Siti Fadilah Supari menyebutkan berbagai keberhasilan terlah diraih dalam pembangunan kesehatan yang ditandai dengan menurunnya angka kematian bayi (AKB) dari 35 menjadi 26,9 per 1.000 kelahiran hidup.

Sedangtkan angka kematian ibu (AKI) dari 307 menjadi 228 per 100.000 kelahiran idup, gizi kurang balita dari 25,8 persen menjadi 18,4 persen, dan meningkatnya umur harapan hidup (UHH) dari 66,2 menjadi 70,6.

Keberhasilan pemerintah dengan semua komponen ini harus dipertahankan, serta disinergikan melalui agenda perencanaan dan pelaksanaan terpadu yg komprehensif ke depan, kata Menkes yang menyinggung janji kampanye Gubernur Jabar realisasikan pengobatan gratis, di sela-sela pidatonya.

Sementara Dirjen PP&PL Depkes Prof Dr Tjandra Yoga Aditama dalam laporannya menyatakan akan mengeliminir masalah atau kekurangan-kekurangan seperti double burden yaitu masalah penyakit infeksi dapat dituntaskan termasuk munculnya re dan new-emerging diseases seperti influenza A H1N1 (strain Meksiko).

Selain itu, penyakit non infeksi seperti coronary, degenerative, dan cancer dengan angka kematian yang relatif tinggi sehingga memerlukan perhatian dan penanggulangan segera. (*)

Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2009