"Dalam perkembangannya, seni tato tubuh saat ini telah menjadi suatu gaya hidup yang sudah bisa diterima oleh masyarakat khususnya di Kota Semarang," kata salah seorang seniman tato, Freddy Mock, saat menghadiri Diskusi dan Pameran Foto Seni Tato di Ours Cafe Semarang, Minggu malam.
Diakui oleh Freddy, untuk mengubah paradigma masyarakat tentang seni tato sangat berat. Namun, para seniman tato tidak mau menyerah begitu saja. Usaha-usaha yang telah dilakukan saat ini antara lain adalah melakukan diskusi tentang seni tato di berbagai kalangan dan menggelar pameran foto seni tato.
Ia menjelaskan, awal ketertarikan dirinya dengan seni tato dimulai pada saat dirinya yang berasal dari Semarang sekolah seni rupa di Jakarta sekitar tahun 1974 dan melihat seniman tato kala itu bisa dijadikan sebagai suatu pekerjaan.
"Akhirnya saya kembali ke Semarang dan mulai membuka usaha sebagai seniman tato. Pada waktu itu kondisi masyarakat Kota Semarang telah menerima tato sebagai gaya hidup tapi jumlahnya masih sangat sedikit," katanya.
Pada 1980-an perkembangan seni tato mengalami penurunan jumlah karena terkait dengan adanya "penembak misterius (petrus)" yang dilakukan pihak kepolisian untuk menekan angka kejahatan saat itu.
"Pada saat itu, banyak seniman tato yang beralih profesi namun beberapa tahun kemudian kembali menjadi seniman tato," katanya.
Menurut dia, dibandingkan dengan kota-kota besar lainnya seperti Yogyakarta dan saat ini perkembangan seni tato di Kota Semarang cukup baik.
"Secara umum perkembangan seni tato di Kota Semarang cukup baik tapi masih kurang jika dibandingkan dengan kota besar lainnya di Pulau Jawa," ujar Freddy.
Selain diadakan diskusi tentang seni tato, pada acara tersebut juga diadakan pameran foto seni tato yang digelar oleh dua mahasiswa Universitas Diponegoro (Undip) Semarang yaitu, Tommas Titus Kurniawan mahasiswa Fakultas Hukum dan Gatot Caesario Tolando mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Pemerintahan (Fisip) jurusan Komunikasi.
Dalam karya fotonya, Tommas lebih cenderung memotret pribadi seseorang yang menato tubuhnya. Sedangkan Gatot menyampaikan suatu kehidupan sehari-hari secara apa adanya tentang seni tato sebagai suatu budaya.
Menurut rencana, pameran Foto Seni Tato kali ini akan digelar selama satu minggu dimulai Minggu (10/5) dan merupakan salah satu usaha untuk mengubah paradigma negatif tentang seni tato dimata masyarakat.(*)
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2009