Denpasar (ANTARA News) - Angota Komisi I DPR RI, Harijanto Thohari, menyatakan, sulit dibayangkan kalau Kantor Berita ANTARA tidak ada lagi, terutama demi kepentingan penyaluran informasi kepada media massa nasional. "ANTARA ini masih besar sekali jasanya. Mungkin koran-koran besar malu mengutip ANTARA karena wartawannya banyak di sana-sini. Tetapi bagaimana dengan koran-koran lain?," katanya di depan rapat kunjungan kerja Komisi I DPR RI di Denpasar, Rabu. Thohari berada di Bali dalam satu kunjungan kerja komisi itu di Bali. Berbagai mitra kerja didengar pendapatnya dalam kunjungan yang dipimpin Arief M Mandan, sejak beberapa hari lalu. Dari pihak instansi media massa dan penyiaran, hadir Kepala Stasiun TVRI Bali, Dwi E Mahenny, Kepala RRI Singaraja, I Gusti Agung Suwambha, Kepala RRI Denpasar, I Gusti Bagus Sudiatmaka Sugriwa, Kepala KPID Bali, Komang Suarsana, dan Kepala Biro Bali Kantor Berita ANTARA, Tunggul Susilo. Menurut Thohari, keberadaan ANTARA masih sangat diperlukan di berbagai pelosok Indonesia. "Wartawannya ada di mana-mana dan perannya besar sekali dalam perimbangan pemberitaan nasional, makanya sangat diperlukan," katanya. Kunjungan kerja Komisi I DPR RI itu membahas berbagai persoalan yang terjadi di dalam masing-masing instansi pemberitaan dan penyiaran yang berafiliasi kepada pemerintah itu. Tunggul Susilo menyebutkan, "Peran kami memang masih diperlukan media massa. Kalau dua jam saja jaringan informatika kami mati, pelanggan sudah ribut semua, minta dikirim ulang. Peran dan eksistensi kami besar, tetapi tidak begitu kelihatan." Dalam rapat itu dikemukakan berbagai permasalahan yang terjadi di dalam Biro Bali Kantor Berita ANTARA, yang diistilahkan Susilo sebagai "tambahan amunisi" yang selayaknya bisa dilakukan. Hal itu, katanya, karena Biro Bali di mata Kantor Berita ANTARA yang kini telah menjelma menjadi Perusahaan Umum, telah menjadi salah satu biro yang cukup diandalkan. "Di Bali banyak sekali terjadi kegiatan internasional yang memerlukan SDM yang mumpuni. SDM yang mumpuni ini tentu memerlukan dukungan peralatan dan pelatihan yang memadai," katanya. Secara umum, kelima instansi pemberitaan dan penyiaran itu mengalami masalah dalam hal pendanaan operasi, status aset, dan pemberian imbalan gaji.(*)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2009