Kuala Lumpur (ANTARA News) - Malaysia membantah jaringan Jama`ah Islamiyah (JI) masih kuat dikaitkan dengan lamanya Mas Selamat Kastari bersembunyi di Johor Bahru lebih dari satu tahun setelah kabur dari penjara Whitley Road Singapura, 27 Februari 2008

"Mas Selamat hanya dibantu dua orang Malaysia saja yakni Abdul Matin dan Johar dimana kedua orang kini sudah ditahan atas dasar ISA (internal security act)," kata seorang sumber yang mengetahui persis penangkapan Mas Selamat, demikian kantor berita Bernama, Sabtu.

Ia mengatakan hal itu untuk membantah berita harian Singapura The Straits Times hari ini yang mengutip Sidney Jones, seorang analis dari International Crisis Group (ICG). Sidney Jones mengatakan, lamanya Mas Selamat bersembunyi di Johor Bahru membuktikan bahwa jaringan JI di Malaysia masih kuat.

Menurut sumber itu, Mas Selamat melarikan diri dengan cara berenang dari Woodlands Singapura ke Johor. Ia setelah itu pergi ke Ulu Tiram mencari Abdul Matin yang dipercaya sebagai anggota JI biasa. Setelah itu Mas Selamat menemui Johar yang bersimpati kepada jaringan JI di Skudai.

Selama setahun lebih berada di Johor, Mas Selamat hanya berkomunikasi dengan ke dua orang Malaysia itu. Itu membuktikan pemimpin JI Singapura itu tidak mendapatkan dukungan dan simpati lagi.

Kedua warga Malaysia itu yakni Abdul Matin dan Johar ditangkap aparat keamanan Malaysia pada 1 April 2009 bersamaan dengan penangkapan Mas Selamat Kastari. Tapi sebelumnya, seorang WNI asal Medan, Agus Salim, 32 Thn, ditangkap aparat keamanan Malaysia dengan dasar ISA di Johor Bahru pula pada 5 Maret 2009.

Desas-desus menyebutkan bahwa dari penangkapan Agus Salim itulah kemudian tertangkap Abdul Matin dan Johar. Seorang warga Indonesia yang ditahan biasanya terkait dengan JI. Sebelumnya, media massa Malaysia mengungkapkan Agus Salim ditangkap dengan dasar ISA dan terkait jaringan JI serta ikut membantu bersembunyinya Mas Selamat.

Tapi, pihak intelejen KBRI Kuala Lumpur membantah penangkapan Agus Salim terkait dengan penangkapan dua warga Malaysia dan Mas Selamat.(*)

Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2009