"Karena itu industri migas tidak boleh meninggalkan komunitasnya. Jangan hanya Industri migas maju, sedangkan yang lainnya tertinggal," katanya pada Konvensi Asosiasi Petroleum Indonesia (IPA) ke-33 di Jakarta, Kamis.
Ia menyebutkan sektor migas lebih banyak proyek daripada dananya dan masih banyak proyeknya yang belum tergarap.
Oleh karenanya, harus dilakukan kerjasama antara pihak-pihak yang memiliki modal dengan yang punya sumber daya alamnya yakni pemerintah.
"Minyak ditemukan di negara-negara berkembang dan miskin. Sedangkan sektor-sektor yang berisiko adanya di negara maju," ujar Priyono.
Menurut dia, keuntungan eksplorasi migas di Indonesia antara lain harga tenaga kerja rendah dan bahan bakar yang disubsidi.
Selain itu, investasi sektor Migas di Indonesia juga hampir tidak adanya kesulitan birokrasi.
"Hampir tidak adanya kesulitan birokrasi, dan tidak ada isu-isu lingkungan tertentu. Pemerintah Indonesia juga murah hati," tambah Priyono. Ia menjelaskan, lebih kurang 40 tahun tidak ada konflik yang berarti dan perusahaan-perusahaan minyak di Indonesia masih lebih diuntungkan daripada di negara lain.
Keuntungan yang didapat dari perusahaan minyak di Indonesia itu cukup tinggi di seluruh dunia.
Disebutkan, Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2008 dari sektor minyak, gas dan meneral mencapai sekitar 33 persen (Rp895 triliun). Dari total itu, 29 persen disumbangkan sektor minyak dan gas.
(*)
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2009