"Saya berharap apa yang sudah menjadi Rakernas di Yogya itu sudah selesai. Dalam konteks berkoalisi pun sudah final," ujar Hatta di Kantor Sekretariat Negara, Jakarta, Kamis.
Hatta berkeinginan hasil Rakernas di Yogyakarta itu tidak mengalami perubahan pada Rakernas kedua PAN di Jakarta yang direncanakan pada 9 Mei 2009.
Rapat kerja nasional di Yogyakarta tersebut memutuskan PAN berkoalisi dengan Partai Demokrat dalam Pemilu Presiden dan Wakil Presiden pada Juli 2009.
Meski sempat diwarnai protes dari pendukung Soetrisno Bachir dan Hatta Radjasa, melalui voting 28 dari 32 Dewan Perwakilan Wilayah PAN sepakat menyodorkan nama Hatta Radjasa sebagai calon wakil presiden bagi Susilo Bambang Yudhoyono.
Mengenai pencalonannya sebagai cawapres bagi Yudhoyono itu, Hatta mengatakan, ia tidak maju namun tidak juga mundur dari bursa pencalonan cawapres.
"Itu orang maju mundur itu kan kalau sudah start. Ini kita ini calon saja ndak gitu kok," ujarnya.
Hatta mengatakan, calon wakil presiden harus ditentukan oleh calon presiden yang bersangkut, terlebih dalam sistem kabinet presidensil yang dianut oleh Indonesia.
"Saya selalu mengatakan di dalam sistem presidensil kabinet, maka sebaiknya partai-partai itu menyerahkan saja cawapresnya kepada presiden yang akan diusung," tuturnya.
Hal itu, lanjut dia, untuk menghindari kebuntuan koalisi dari masing-masing partai politik yang bersikukuh mengusung calon-calonnya untuk menjadi presiden atau wakil presiden.
"Jadi, supaya kalau ada koalisi itu tidak masing-masing membawa calon-calonnya yang barangkali membuat suasananya menyusahkan Presiden," ujarnya. (*)
Pewarta:
Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2009