Seoul (ANTARA News) - Korea Utara makin mengintesifkan kegiatan di lokasi-lokasi persenjataan mereka setelah mengancam akan melakukan lagi uji coba senjata nuklir dan rudalnya sebagai balasan atas sanksi-sanksi Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB), tulis suratkabar Korea Selatan Kamis.

Harian Chosun Ilbo mengatakan, lalu-lalang kendaraan dan orang terjadi di kota kecil di bagian timur laut Kilju, tempat negara komunis itu melakukan uji coba bom atom pertamanya pada Oktober 2006.

Korea Utara juga telah mempercepat pembangunan untuk tempat peluncuran rudal jarak jauh baru di pantai barat, kata harian dengan sirkulasi terbesar itu mengutip sumber-sumber pemerintah.

Dinas Intelijen Nasional Korea Selatan menolak mengomentari laporan-laporan itu.

"Itu sulit untuk diperkirakan waktunya, untuk suatu uji coba nuklir di bawah tanah Korea Utara, yang diyakini akan siap dilakukan dalam tempo tak lama," kata sumber tersebut, seperti dikutip oleh harian itu.

Korea Utara juga mengerahkan banyak orang dan peralatan ke tempat peluncuran baru di Dongchang-ri, kata laporan tersebut.

Lokasi tersebut sekitar 120 kilometer di barat laut Pyongyang, yang pembangunannya diperkirakan akan selesai pada akhir tahun ini. Namun sekarang, tampaknya akan bisa diselesaikan dalam beberapa bulan saja, kata sumber itu.

Menteri pertahanan Korea Selatan November lalu mengatakan, lokasi itu 80 persen telah diselesaikan, dan akan bisa digunakan untuk peluncuran rudal yang lebih besar dari yang diluncurkan sebelumnya.

Korea Utara mempunyai tempat peluncuran lainnya di Musudan-ri di pantai timur, di mana peluncuran roket jarak jauh pada 5 April dilakukan.

Kementerian mengatakan, peluncuran itu dilaporkan peluncuran satelit untuk keperluan damai ke dalam orbit, namun negara-negara lain berpendapat peluncuran tersebut hanyalah kedok untuk uji coba rudal jarak jauhnya.

Setelah Dewan Keamanan PBB mengecam peluncuran dan memperketat sanksinya, Korea Utara keluar dari perundingan perlucutan nuklir enam negara, dan mengatakan bahwa pihaknya memulai lagi programnya untuk menghasilkan plutonium untuk pembuatan senjata.

Pekan lalu Pyongyang mengumumkan bahwa pihaknya akan melakukan uji coba bom nuklir yang kedua, dan uji coba rudal balistik jika PBB tidak meminta maaf atas kecamannya dan hukuman yang dijatuhkan untuk peluncuran roketnya.

Stephen Bosworth, utusan khusus AS untuk Korea Utara, Kamis berada di China untuk persinggahan pertamanya dari suatu kunjungan, yang akan juga membawanya ke Korea Selatan, Jepang dan Rusia.

Dia menyatakan belum ada rencana untuk melakukan kunjungan ke Korea Utara.

Bosworth akan melakukan konsultasi dengan para mitranya dari enam negara mengenai cara-cara untuk membujuk Korea Utara, agar kembali ke meja perundingan.

Bahkan sebelum Pyongyang mundur dari perundingan enam negara, perundingan tersebut telah lama mengalami kebuntuhan berkaitan dengan bagaimana untuk meverifikasi aktivitas nuklir yang telah diumumkan oleh Korea Utara.

Menteri Luar Negeri AS, Hillary Clinton, mengecilkan harapan-harapan adanya terobosan dini. Ia mengatakan pekan lalu bahwa `pada masalah ini tampaknya sulit jika tak mungkin` bahkan Korea Utara akan kembali ke meja perundingan enam negara.

Di Washington, Presiden Barack Obama Rabu melakukan pembicaraan melalui telepon dengan timpalannya, Presiden China Hu Jintao dan sama-sama menyatakan `prihatin` terhadap masalah keamanan, termasuk program nuklir Korea Utara, kata Gedung Putih.(*)

Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2009