Jakarta (ANTARANews) - Pengamat politik Bachtiar Effendi memperkirakan, Ketua Dewan Pembina Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), tidak akan memilih calon wakil presiden (cawapres) dari kader Partai Golkar, walaupun sudah ada "lampu hijau" dari Ketua Umum Golkar Jusuf Kalla (JK).

"SBY kemungkinan besar tetap tidak akan mengambil calon pendampingnya nanti dari kader Golkar. Hal ini akan sulit, mengingat pada saat yang sama, Ketua Umum Golkar Jusuf Kalla juga maju sebagai calon presiden (capres). Sudah tentu ini akan menimbulkan kompikasi-komplikasi pada tubuh Golkar, bila itu terjadi," katanya usai acara dialog kenegaraan bertajuk "Membaca Peta Kekuatan Capres" di Gedung DPD, Senayan, Jakarta, Rabu.

Menurut pengamat politik dari Univesitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta itu, apabila hal tersebut tetap terjadi, tentunya akan menimbulkan kesan bahwa SBY melakukan `politik belah bambu`, di mana besar kemungkinan akan timbul konflik pada tubuh Golkar.

Belakangan ini, spekulasi SBY akan menggandeng kader Golkar memang terus berkembang, mengingat skenario itu pernah terjadi pada Pemilihan Presiden (Pilpres) 2004. Namun, kata Bachtiar, seperti telah diutarakan oleh JK sebelumnya, kader Golkar tersebut boleh maju sebagai cawapres asalkan tidak mengatasnamakan Partai Golkar.

Bachtiar berpendapat, SBY tidak perlu memilih langkah tersebut, karena akan besar risikonya. Akan tetapi, kebijakan politik lain bisa terjadi, seperti merekrut kader Golkar untuk masuk dalam posisi strategis di pemerintahan sebagai anggota kabinet.

"Kalau SBY berhasil menang, bisa saja ia masukkan kader-kader Golkar dalam posisi menteri kabinet," katanya.

Sementara itu, ketika ditanya tentang peluang Cawapres SBY dari kalangan profesional, ia mengatakan, hal ini bisa saja terjadi, bila dilihat dari perkembangan saat ini, ada kecenderungan untuk SBY memilih Gubernur BI Boediono sebagai cawapresnya.

"Peluang itu bisa terjadi, karena Boediono memiliki kelebihan-kelebihan tertentu yang bisa diandalkan, terutama dari segi ekonomi," ujarnya menambahkan.

Mengenai basis kekuatan di parlemen yang tidak dimiliki kalangan profesional, menurut dia, hal itu bisa diminimalkan dengan mengajak para politisi atau partai-partai untuk bergabung dengan SBY.

"Dengan keahlian kalangan profesional tersebut tentunya dapat membantu SBY dalam kekuatan sosial kemasyarakatan atau yang sesuai dengan bidang keahliannya," katanya

"Partner SBY nantinya bukan hanya pada wapres saja, ia masih punya staf-staf ahli, penasihat serta menteri yang siap membantunya menjalankan pemerintahan," ujarnya.

Ia juga menambahkan, kalau berbicara siapa cawapres yang paling cocok bagi SBY, maka yang tahu hanya SBY sendiri. "SBY bisa saja memilih pasangannya dari kalangan mana saja," ujarnya.(*)

Pewarta:
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2009