Jakarta (ANTARA News) - Para warga negara asing (WNA) yang tinggal di Ibukota Jakarta dewasa ini semakin meminati dunia batik baik untuk sekedar belajar membuatnya dan membawa buah tangan dari tanah air atau pun dipamerkan.
"Turis atau WNA yang tinggal sementara terutama mereka yang dari Jepang banyak mempelajari cara membatik ke tempat ini, baik sekedar belajar atau membuat pameran di negara asal," ujar pengajar membatik Museum Tekstil, Krismini, (47) di Jakarta, Selasa.
Bahkan, kata dia, ada murid-murid yang datang dari negeri bunga sakura itu dan beberapa negara lain baik secara individu atau pun berkelompok secara khusus hanya untuk mempelajari kerajinan tangan yang berasal dari suku jawa itu.
Krismini yang telah menjadi staf pengajar membuat batik selama 10 tahun di Museum Tekstil mengaku telah memiliki murid sekitar 1.000 orang dan separuh di antaranya berasal dari Amerika Serikat, Australia, Perancis, Inggris, Jepang, Korea Selatan dan Afrika Selatan.
"Awal 2009 hingga kini sedikitnya saya memiliki 20 murid dari luar negeri dan didominasi dari Jepang, pada Juni-Juli mendatang terdapat beberapa kelompok dari Australia yang dijadwalkan belajar membatik ke Museum Tekstil," kata dia.
Menurut dia, produk batik yang dihasilkan murid yang berasal dari luar negeri jauh lebih bagus dibanding batik yang dihasilkan oleh murid yang berasal dari dalam negeri seperti dari perguruan tinggi, masyarakat Jakarta dan sekitarnya.
"Mereka yang dari luar negeri rasa ingin tahunya lebih dalam sehingga batik yang dihasilkan lebih halus, memiliki berbagai motif dan sangat sabar dalam pembuatan. Kalau orang kita nggak sabaran dan terkadang hanya sekedar ingin tahu saja," jelas dia.
Suyoun Kim, (32) wanita berkebangsaan Korea Selatan mengaku telah setahun mempelajari cara pembuatan batik di Museum Tekstil, yang terletak di Jalan Aipda KS Tubun, Jakarta.
"Batik merupakan kain tradisional yang cantik dan membuat saya suka, tapi orang Korea tidak banyak yang tahu. Nanti kalau balik ke Korea saya ingin perkenalkan kain cantik ini dan membuatnya di sana," ujar Kim dengan bahasa Indonesia yang terbata-bata.
Pengelola Museum Tekstil, Eko Hartoyo mengatakan, kegiatan wisata edukatif membatik di museum itu telah dibuka sejak tahun 1999, setelah pihaknya melakukan sosialisasi keberadaan museum ini yang diresmikan oleh Ibu Tien Soeharto pada 28 Juni 1976 itu. (*)
Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2009