Jakarta (ANTARA News) - Bank Indonesia (BI) menyatakan cadangan devisa per akhir April lalu sebesar 56,57 miliar dolar AS, naik 1,66 miliar dolar AS dibandingkan akhir Maret 2009, demikian Divisi Hubungan Masyarakat Bank Indonesia di Jakarta, Selasa, merevisi rilis hasil rapat dewan gubernur BI.

Berdasarkan data Bank Indonesia, sejak akhir Januari yang mencapai Rp50,869 miliar dolar AS, sehingga cadangan devisa telah meningkat lebih dari 5 miliar dolar AS. Cadangan devisa pernah mencapai level tertinggi yaitu lebih dari 60 miliar dolar AS pada 2008.

Menguatnya cadangan devisa tersebut akan membuat kemampuan untuk memenuhi kebutuhan valuta asing guna membayar utang luar negeri juga semakin meningkat.

BI sebelumnya mencatat, utang swasta yang jatuh tempo pada 2009 sekitar 22,5 miliar dolar AS, terdiri dari utang perusahaan sebesar 17,4 miliar dolar AS (sudah termasuk bunga sebesar 2 miliar dolar AS) dan "trade financing" (pembiayaan perdagangan) sebesar 5,2 miliar dolar AS berupa "bankers acceptance" dan "trade credits".

Namun demikian, BI menyakini utang swasta itu akan langsung dibayar saat jatuh tempo. Catatan BI menunjukkan, 31 persen di antaranya perusahaan berutang kepada perusahaan induknya.

Sedangkan 57 persen perusahaan yang berutang merupakan perusahaan asing atau perusahaan patungan dengan asing, sehingga kemungkinan untuk perpanjangan disetujui lebih besar.

Sementara itu, rupiah sendiri terus mengalami penguatan. Kurs rupiah terhadap dolar AS di pasar spot antarbank Jakarta, Selasa pagi menguat 90 poin karena pelaku pasar makin aktif bermain yang menunjukkan aliran dana ke pasar makin besar.

Nilai tukar rupiah menjadi Rp10.400/10.420 per dolar AS dibanding penutupan hari sebelumnya Rp10.490/10.500. Sedangkan berdasarkan kurs nilai tengah Bank Indonesia selama hampir sepekan, sejak Rabu (29/4), rupiah telah menguat lebih dari Rp400.

Pada Rabu (29/4), rupiah berada di Rp10.859, namun pada Selasa (5/5) rupiah telah berada di Rp10.415 per dolar AS.

Penguatan rupiah tersebut, menurut Bank Indonesia diantaranya didukung oleh masuknya dana-dana asing ke emerging market termasuk Indonesia.
(*)

Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2009