"Kesepakatan itu menetapkan penghentian permusuhan, dan setiap orang kini menatap masa depan, khususnya ketika kedua negara itu dan rakyat memiliki kepentingan besar (dalam rekonsiliasi)," kata Ahmad Abdullah al-Mahmud, menteri negara urusan luar negeri Qatar, kepada wartawan.
Qatar dan Libya memelopori upaya-upaya rekonsiliasi antara Chad dan Sudan setelah mereka memulihkan hubungan diplomatik pada November sesudah kekosongan enam bulan di tengah tuduhan-tuduhan bahwa mereka mendukung pemberontak di masing-masing negara.
"Semakin baik hubungan antara Sudan dan Chad, semakin mudah penyelesaian tercapai" atas konflik di wilayah Darfur Sudan, kata Mahmud.
"Kedua negara itu memiliki keinginan untuk menyesaikan masalah dengan cara sedemikian rupa yang menguntungkan rakyat Darfur dan Sudan," tambahnya.
Sebagai bagian dari kesepakatan itu, Sudan dan Chad berusaha melaksanakan kesepakatan-kesepakatan sebelumnya mengenai pengawasan perbatasan untuk menghalangi jalur transit pemberontak Chad dari Sudan dan pemberontak Sudan dari Chad, kata beberapa pejabat Qatar.
Secara terpisah Qatar juga mempersiapkan sebuah konferensi perdamaian yang mungkin diadakan antara pemerintah Sudan pimpinan Presiden Omar al-Beshir dan pemberontak Darfur, yang terlibat dalam konflik selama lebih dari enam tahun.
Hubungan antar Chad dan Sudan telah lama terganggu dan para analis serta pemimpin Afrika mengatakan bahwa tidak ada perdamaian yang bisa dicapai di Darfur, yang terletak di daerah perbatasan, hingga kedua negara itu mencapai hubungan yang lebih baik.(*)
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2009