Memberikan perhatian kepada wartawan sekaligus menjamin kualitas informasi
Jakarta (ANTARA) - Ketua MPR RI Bambang Soesatyo (Bamsoet) memfasilitasi pelaksanaan tes cepat atau "rapid test" COVID-19 untuk para wartawan yang meliput kegiatan di MPR/DPR/DPD RI.
Menurut dia, dalam "perang" menghadapi COVID-19, para wartawan sama halnya seperti para dokter dan tenaga kesehatan yang rawan terpapar virus tersebut.
"Jika para dokter dan tenaga kesehatan bersentuhan langsung dengan pasien, wartawan pun tidak jauh berbeda, harus bergerak ke sana ke mari bertemu banyak orang demi mendapatkan informasi yang akurat untuk disajikan ke masyarakat," kata Bamsoet dalam keterangannya, di Jakarta, Kamis.
Baca juga: 25 pewarta Bogor jalani rapid test COVID-19, semua dinyatakan negatif
Bamsoet mengatakan "rapid test" tersebut merupakan lanjutan dari perhatian MPR RI kepada para wartawan, setelah sebelumnya MPR RI juga sudah memberikan paket bantuan kebutuhan kesehatan, seperti masker, sarung tangan, jamu, dan pembersih tangan dalam program "MPR RI Peduli - Fight Corona".
Dia menilai, memberikan perhatian kepada wartawan sekaligus menjamin kualitas informasi, sehingga masyarakat bisa tetap mengetahui berbagai perkembangan seputar COVID-19 melalui berita yang disajikan para jurnalis.
Bamsoet mengatakan, dirinya yang pernah menjadi wartawan, bisa ikut merasakan degup kegelisahan para jurnalis dalam menghadapi pandemi COVID-19 karena satu sisi tidak ingin terinfeksi dengan cara menghindari kerumunan maupun menjaga jarak dengan orang lainnya.
"Namun di sisi lain, karena tuntutan pekerjaan, wartawan tidak mungkin bekerja secara 'work home' maupun melakukan aktivitas di rumah saja," katanya lagi.
Politisi Partai Golkar itu mendorong instansi atau lembaga negara lainnya melakukan hal serupa yaitu memfasilitas "rapid test" untuk para wartawan yang sehari-hari bertugas.
Baca juga: Sembilan wartawan Pati peliput Imam Suroso negatif COVID-19
Dia juga mengingatkan masing-masing kantor media tempat para wartawan bekerja, harus selalu menekankan "safety first" daripada memaksakan kehendak demi sebuah informasi berita.
"Kita memang tidak bisa membayangkan apalagi para wartawan berhenti bekerja, tidak akan ada informasi yang bisa didapat masyarakat. Namun kita juga tidak bisa membayangkan apalagi dalam menjalankan pekerjaannya, para wartawan tidak mendapat bekal yang cukup sehingga malah mengorbankan nyawa," ujarnya pula.
Pewarta: Imam Budilaksono
Editor: Budisantoso Budiman
Copyright © ANTARA 2020