Nusa Dua, Bali (ANTARA News) - Presiden Susilo Bambang Yudhoyono membuka secara resmi sidang tahunan Bank Pembangunan Asia (ADB) ke-42 di Nusa Dua Bali, Senin.
Dalam sambutannya, Presiden mengatakan pertemuan tahunan ADB ini merupakan peristiwa bersejarah, karena dilakukan pada saat dunia mengalami krisis ekonomi yang dalam dan tidak terduga perkembangannya.
"Tahun ini sidang dewan gubernur ADB menjadi sangat penting untuk menunjukkan bahwa ADB memiliki kemampuan dan fleksibel untuk memenuhi kebutuhan anggotanya di masa kini dan masa depan," katanya.
Yudhoyono mengatakan pertemuan ADB ini harus menghasilkan resolusi yang jelas menunjukkan bahwa ADB siap dan mampu untuk menangani tantangan serius ini.
Dalam kesempatan itu, Presiden juga menjelaskan bahwa krisis keuangan global saat ini menyadarkan pada masyarakat akan wajah dunia yang baru.
"Kondisi ekonomi kita ke depan tidak akan serupa. Ekonomi masa depan akan penuh dengan tantangan. Kita membutuhkan sesuatu untuk menghadapinya dan melakukan inovasi. Dan saya yakin jika kita bekerja sama kita akan berhasil," katanya.
Presiden dalam sambutannya juga menjelaskan pengalaman sukses Indonesia keluar dari krisis ekonomi 1998, yang membuat Indonesia lebih mampu bertahan dari krisis keuangan global saat ini dengan mengubah tekanan menjadi kesempatan.
Presiden yang didampingi Ibu Ani Yudhoyono juga hadir bersama Menkeu/Plt Menko Perekonomian Sri Mulyani Indrawati, Meneg PPN/Kepala Bappenas Paskah Suzetta,
Stimulus ADB
Sementara itu, Presiden ADB Haruhiko Kuroda menyatakan krisis keuangan telah merontokkan pertumbuhan ekonomi negara-negara Asia Pasifik menjadi 3,4 persen pada tahun ini, atau terendah sejak krisis ekonomi 1997.
Sejumlah negara Asia telah melakukan tindakan cepat untuk meningkatkan ekonomi dan melindungi warganya yang mungkin terkena dampak krisis.
"Stimulus fiskal menjadi sasaran utama, dengan fokus pada pembangunan infrastruktur, pengembangan UMKM, jaring pengaman sosial dan pengurangan pajak," katanya.
ADB, katanya sangat mendukung berbagai upaya itu dan telah menyiapkan dana tambahan sebesar 10 miliar dolar AS untuk membantu negara anggota yang membutuhkan selama 2009 - 2010.
"Lebih dari 1 miliar dolar AS dana itu akan mendukung pendanaan
perdagangan dan kita harapkan bisa dinaikkan menjadi 15 miliar dolar AS jika dibutuhkan hingga akhir 2013," katanya.
Sebelumnya, Kurota mengatakan bahwa sidang tahunan ADB ini akan
membahas upaya penanganan kemiskinan dan menjamin ekonomi berkelanjutan, serta membahas kemajuan ADB dalam mencapai tujuan strategi jangka panjang 2020.
Sidang kali ini adalah sidang kedua ADB di Indonesia setelah pada 1976 di Jakarta. Indonesia merupakan salah satu negara pendiri ADB pada tahun 1966.
Indonesia adalah nasabah ADB terbesar yang sejak tahun 1966 telah menerima 297 pinjaman senilai 23,5 miliar dolar AS dan 498 proyek bantuan teknis senilai 276,6 juta dolar AS.
Pada periode 2000 - 2007, rata-rata pinjaman tahunan ADB ke Indonesia sekitar 700 juta dolar AS, bahkan pada tahun 2008, ADB meminjamkan dana 1,085 miliar dolar AS.(*)
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2009