Biak (ANTARA News) - Aktivitas peternak babi di Kabupaten Biak Numfor, Papua, hingga saat ini masih tetap normal setelah merebaknya virus flu Babi di Meksiko, Amerika Latin serta negara Eropa lainnya.
Domeng, salah seorang peternak babi di Biak, Senin, mengakui, untuk mencegah virus babi pihaknya telah berkoordinasi dengan petugas kesehatan hewan Dinas Peternakan dalam upaya memeriksa kesehatan ternak.
"Selama kebersihan kandang dan kesehatan ternak babi diperhatikan secara rutin maka kami berharap hal itu dapat mengurangi risiko masuknya virus flu babi," ungkap Domeng, menanggapi pencegahan flu babi.
Ia mengakui, informasi wabah flu babi yang berjangkit di Meksiko beberapa waktu lalu sampai ke Indonesia telah membuat instansi terkait melakukan upaya pengawasan secara ketat terhadap kesehatan dan lalu lintas ternak antardaerah.
Sebagai peternak, menurut Domeng, dirinya menyambut positif upaya pencegahan yang diberlakukan instansi terkait seperti Dinas Peternakan maupun pengelola karantina hewan seluruh Indonesia sebagai tindakan antisipasi merebaknya virus flu babi ke wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Dia berharap, para peternak babi di Biak yang telah menjadikan program ini sebagai kebutuhan hidup diminta tetap memperhatikan kesehatan ternaknya dengan memeriksakan rutin ke mantri hewan yang ada di Dinas Peternakan setempat.
Menyinggung jumlah hewan ternak yang dipelihara, menurut Domeng, hingga saat ini dirinya membudidayakan ternak babi mencapai kurang lebih 40 ekor sebagai usaha dalam memenuhi kebutuhan keluarganya sehari-hari.
Harga babi yang dijual para peternak sangat bervariasi berkisar antara Rp4 juta hingga puluhan juta tergantung dengan besar kecil ukuran ternak.
Sebelumnya, Kepala Dinas Kesehatan Biak Drs Sefnaht Korwa MS, mengharapkan, para petugas medis di rumah sakit,Puskesmas,Pustu dan Polindes di kampung-kampung untuk mewaspadai wabah flu babi terkait wabah pada ternak babi, yang banyak dipelihara masyarakat setempat.
"Gejala awal virus ini salah satunya berupa panas badan mencapai 39 derajat," katanya.(*)
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2009