Kalau hanya mengandalkan Balitbangkes, waktu menunggunya lama
Bogor (ANTARA) - Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI didesak untuk menambah jumlah laboratorium pengujian spesimen tes swab agar lebih cepat dalam menahan laju peningkatan jumlah kasus terkonfirmasi positif COVID-19 maupun pasien dalam pengawasan dan orang dalam pemantauan (PDP dan ODP).
"Kementerian Kesehatan RI sepatutnya menambah jumlah laboratorium yang dapat melakukan pengujian spesimen tes swab untuk mendeteksi virus corona lebih dini," kata Ketua DPRD Kota Bogor, Atang Trisnanto , saat dihubungi di Kota Bogor, Kamis.
Menurut Atang Trisnanto, laju peningkatan jumlah pasien terkonfirmasi positif COVID-19 maupun PDP dan ODP masih tinggi, sehingga diperlukan langkah cepat untuk
menahannya dengan cara deteksi dini.
"Apalagi, Jabodetabek (Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi) menjadi epicentrum COVID-19 di Indonesia, sehingga diperlukan frekuensi pengujian tes swab
yang lebih banyak sehingga waktunya menjadi lebih cepat. Kalau hanya mengandalkan Balitbangkes, waktu menunggunya lama," katanya.
Baca juga: DPRD Kota Bogor serius dukung penanganan COVID-19
Menurut dia, saat ini banyak PDP yang sudah melakukan tes swab dan telah menunggu lama belum keluar hasilnya. "Bahkan, beberapa di antaranya sudah meninggal
dunia, tapi belum keluar hasil tesnya," katanya.
Ketua DPD Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Kota Bogor ini menjelaskan, jika dapat dilakukan langkah cepat deteksi dini melalui pengujian tes swab, maka penanganan
pasien positif COVID-19 maupun PDP dan ODP bisa lebih cepat dan taktis.
"Pasien yang terkonfirmasi positif bisa lebih cepat dilakukan proses isolasinya," katanya.
Menurut Atang, berdasarkan data pada Gugus Tugas COVID-19 Kota Bogor pada Minggu (29/3) ada sebanyak 11 kasus meninggal dunia yakni dua dari positif COVID-19 dan 9 dari PDP.
Baca juga: Kasus positif COVID-19 meninggal di Kota Bogor jadi enam
Kemudian, Senin (30/3) kasus meninggal meningkat menjadi 14 yakni empat dari kasus positif dan 11 dari PDP. Pada Selasa (31/3) kasus meninggal meningkat lagi menjadi 17 yakni empat dari kasus positif dan 13 dari PDP.
"PDP yang meninggal dunia itu sudah dilakukan tes swab tapi masih menunggu hasilnya," katanya.
Lamanya proses pengujian di laboratorium tersebut, menurut Atang, menjadi kendala upaya cepat, baik dari rumah sakit untuk melakukan penanganan kasus yang tepat, maupun bagi pemerintah untuk segera melakukan langkah isolasi dan pelacakan terhadap ODP lainnya.
Baca juga: Keputusan PSSB di Kota Bogor dinilai sejalan dengan status KLB
Atang menegaskan, jika Kementerian Kesehatan RI memberikan izin penambahan jumlah laboratorium pengujian spesimen tes swab untuk deteksi dini virus corona, maka upaya maksimal untuk penanganan kasus positif, PDP dan ODP bisa lebih cepat dicegah serta dilakukan pelacakan dan isolasi.
Alumni Sekolah pascasarjana IPB ini menambahkan, untuk penambahan laboratorium pengujian spesiun tes swab tidak perlu membangun laboratorium baru atau menambah peralatan, tapi bisa memberdayakan laboratorium yang sudah ada.
Atang mencontohkan, jika diberikan izin pengujian, maka laboratorium IPB serta laboratorium Vateriner Kementerian Pertanian di Kota Bogor, yang memiliki kemampuan uji real time PCR dan BSL 3, sudah siap bersedia melakukan pengujian spesimen tes swab.
"Artinya, Kementerian Kesehatan hanya memberikan penilaian dan menerbitkan izin setelah dinyatakan memenuhi syarat,"katanya.
Pewarta: Riza Harahap
Editor: Edy Sujatmiko
Copyright © ANTARA 2020