Johannesburg (ANTARA) - Afrika Selatan perlu melakukan "ratusan ribu" tes virus corona guna mengetahui jumlah infeksi sesungguhnya dan memutus mata rantai virus tersebut, kata Menteri Kesehatan Zweli Mkhize pada Rabu (31/3).

Afrika Selatan melaporkan jumlah tertinggi kasus COVID-19 di Afrika sub-Sahara. Pemerintah negara itu khawatir tingkat infeksi bisa menjadi di luar kendali jika virus tersebut mulai menyebar cepat di kota-kota miskin dan padat penduduk di negara tersebut.

Otoritas telah memberlakukan sejumlah langkah paling ketat di benua tersebut untuk memerangi virus corona, termasuk dengan menerapkan karantina wilayah "tetap berada di rumah" selama 21 hari mulai Jumat pekan lalu.

Mkhize menuturkan pejabat beralih dari model pengujian yang berfokus pada orang-orang yang memiliki gejala ke metode yang juga menargetkan masyarakat. Orang-orang dengan gejala ringan kemungkinan akan lambat dalam mencari bantuan medis.

Mkhize mengatakan saat konferensi pers bahwa kriteria pengujian bersifat "reaktif dan terbatas."

"Kami perlu menguji ratusan ribu penduduk untuk mendapatkan gambaran yang lebih jelas dan menyempurnakan strategi pencegahan kami," tambahnya.

Afrika Selatan telah menguji sekitar 47.000 orang, dengan 1.380 kasus positif dan lima kematian.

Otoritas negara itu saat ini mampu melakukan sekitar 5.000 tes per hari dan berharap dapat meningkatkan hingga 36.000 per hari hingga pada penghujung April, menurut layanan laboratorium nasional.

Mkhize menyebutkan pemerintah sedang mengirim 67 mobil van untuk melakukan pengujian di seluruh negeri.

Sumber: Reuters

​​​​​​​Baca juga: Kasus COVID-19 di Afrika Selatan lampaui 1000, dua berujung kematian

Baca juga: Tanggulangi penyebaran corona, negara-negara Afrika tutup perbatasan

Baca juga: Afrika Selatan karantina wilayah mulai Kamis

Tidak semua daerah harus terapkan Pembatasan Sosial Berskala Besar

Penerjemah: Asri Mayang Sari
Editor: Tia Mutiasari
Copyright © ANTARA 2020