"Saya tawarkan tiga kali dengan Presiden (Susilo Bambang) Yudhoyono bahwa Partai Golkar masih mau bersama, tetapi jawabannya...yaaa nanti kita bersama. Selalu tak jelas. Kalau ya bilang ya, kalau tidak ya tidak. Artinya yaaa sudah kita pisah, Partai Golkar bukan pengemis jabatan," katanya saat bersilaturahmi dengan DPD II se-Sulsel di Makasar, Sabtu malam.
Menurut Kalla, ketika menawarkan hal itu, Yudhoyono justru mengeluarkan syarat-syarat yang dinilainya sebagai isyarat Yudhoyono menolak dirinya.
"Malah masih diberikan syarat-syarat. Itu kita sudah wapres tetapi masih diberi syarat-syarat. Itu hanya cara untuk tidak mau, artinya tidak ada keihlasan. Golkar merasa harga dirinya dilecehkan," katanya.
Oleh karena itu, Partai Golkar merasa harga dirinya diremehkan sehingga akhirnya memutuskan untuk berpisah dengan Partai Demokrat.
Kalla juga mengaku saat ini banyak mengalami rintangan baik dari internal Partai Golkar maupun eksternal.
"Ada yang mengatasnamakan 320 DPD II menolak. Saya cek tak ada, itu orang bayaran. Saya perintahkan polisi tangkap saja semua yang mengatasnamakan parpol," katanya dengan nada keras.
Menurut Kalla, kalau mau menjadi benar, maka Partai Golkar harus menang atau oposisi. "Sekarang ini banyak orang Golkar yang belum bertanding sudah merasa kalah."
Sementara itu, Ketua DPD I Partai Golkar Sulsel Ilham Arief Sirajuddin menyatakan partainya pada Pemilu 2004 telah meraih 33 kursi DPRD, tapi sekarang hanya 18 kursi DPRD.
"Meskipun turun, perolehan kursinya Partai Golkar tetap masih yang tertinggi. (*)
Pewarta:
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2009