Denpasar (ANTARA News) - Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) mengoreksi prediksi realisasi pertumbuhan investasi kuartal I 2009 dari 10,7 hingga 11,2 persen menjadi sekitar 9,0 persen.

"Prediksi semula 10,7-11,2 persen kemudian ada sedikit koreksi menjadi sekitar 9,0 persen," kata Kepala BKPM M Lutfi.

Lutfi menyatakan hal itu di sela Seminar Sustainable Investment in Turbulance Time sebagai bagian dari kegiatan Sidang Tahunan ADB di Nusa Dua Bali, Sabtu.

Ia menyebutkan, penurunan prediksi itu antara lain karena adanya penurunan arus masuk modal ke negara-negara berkembang dalam beberapa bulan terakhir. "Penurunan itu mencapai puncaknya pada April dan diperkirakan akan mulai naik lagi pada Mei 2009," katanya.

Ia menyebutkan, aliran modal masuk ke negara-negara berkembang pada tahun 2007 mencapai sekitar 520 miliar dolar AS, namun pada 2008 turun menjadi hanya sekitar 480 miliar dolar AS.

"Sekarang (2009) turun lagi sampai hanya 300 miliar dolar AS. Ini yang direbutin oleh emerging market," katanya.

Mengenai pengaruh flu babi terhadap investasi, Lutfi mengatakan, dampak pandemi itu lebih kepada sektor pariwisata dan perdagangan.

Berdasar pengalaman dampak flu burung, jelas Lutfi, wabah tersebut juga tidak terlalu besar terhadap investasi di Indonesia.

Ia juga menjelaskan bahwa realisasi investasi yang dilaporkan BKPM adalah investasi yang sudah jalan. "Jadi setelah pabrik jadi baru diumumkan," katanya.

Karena itu laporan yang muncul untuk kuartal I 2009 sebenarnya merupakan realisasi investasi yang persetujuannya diberikan pada 2005 hingga 2008.

"Kalau persetujuan yang sekarang, realisasi investasinya mungkin 2012," katanya.

Ia menyebutkan, prospek investasi Indonesia masih baik dengan dukungan kebijakan pemerintah yang mendukung iklim investasi.

Ia menyebutkan, sudah ada permintaan untuk investasi tambang nikel senilai 4,6 miliar dolar AS di Weda Bae Maluku Utara.

"Jadi masalah likuiditas tidak terjadi di Indonesia meski arus modal ke emerging country berkurang," katanya. (*)

Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2009