Washington (ANTARA News) - Presiden AS Barack Obama akan menjadi tuan-rumah pertemuan puncak dengan timpalannya dari Afghanistan dan Pakistan, Rabu, di tengah kekhawatiran AS yang meningkat karena situasi yang memburuk di wilayah itu, Gedung Putih mengatakan, Jumat.

Seperti dilaporkan AFP, presiden Afghanistan Hamid Karzai dan pemimpin Pakistan Asif Ali Zardari akan mengadakan pembicaraan terpisah dengan Obama dan juga pertemuan puncak-mini, kata jurubicara Gedung Putih Robert Gibbs.

"Presiden menanti-nanti untuk membicarakan dengan KEdua pemimpin yang terpilih secara demokratis itu mengenai bagaimana kita dapat bekerjasama untuk meningkatkan kerja sama kita di bagian penting dunia ini ketika AS melaksanakan strategi baru" untuk Afghanistan dan Pakistan, kata Gibbs.

Menlu Hillary Clinton mengatakan beberapa pejabat penting dari kedua negara itu juga akan berkunjung, tapi ia tidak mengatakan apakah mereka itu akan termasuk timpalannya Shah Mehmood Qureshi dari Pakistan dan Rangeen Dadfar Spanta dari Afghanistan.

Hillary telah mengadakan pembicaraan tiga-arah dengan kedua menteri luar negeri itu pada Februari.

Format tiga pihak itu "sungguh membantu pada awalnya untuk mengubah keteguhan pemikiran dan, sebetulnya, menetapkan kemudian beberapa syarat mengenai apa yang kita harapkan dari pemerintah-pemerintah tersebut", menurut Hillary.

"Kami akan mengusahakan pokok-pokok dari apa yang kami usahakan untuk kami kerjakan," kata kepala diplomat AS itu mengenai pembicaraan pekan depan.

"Kami pikir bahwa ada sejumlah misi penting di Afghanistan, tapi kami hanya dapat mengerjakan beberapa. Dan kami harus mengharapkan pertolongan dari sekutu dan mitra kami untuk mengerjakan yang lain," ia mengatakan.

"Jelas, kami akan mengambil pimpinan dalam operasi keamanan dan kestabilan, dari pelatihan militer dan polisi nasional Afghanistan," katanya.

"Kami perlu mengambil pelajaran dari peristiwa yang menyakitkan kami di Irak. Kita perlu mengintegrasikan lebih baik aset militer dan sipil serta pendekatan kami," pemimpin diplomat AS itu menambahkan.

"Di Afghanistan, kami benar-benar memiliki sedikit sekali dukungan dari masyarakat internasional, dalam jumlah personil militer dan sipil serta dalam sumbangan," ia mengatakan.

"Dan di Pakiatan, kondisinya amat sulit karena kekacauan di antara pemimpin sipil dan militer mengenai cara memprioritaskan apa ancaman terbesar bagi Pakistan untuk maju ke depan," katanya

Obama mengatakan Rabu bahwa militer Pakistan, yang sangat berpengaruh, telah mulai mengakhiri "obsesinya" dengan saingan bersejarahnya, India, dan memusatkan kembali upaya untuk memerangi kelompok garis keras di dalam negeri.

Pakistan telah melakukan tiga perang skala-penuh dengan India sejak perpisahan kedua negara itu pada kelahirannya pada 1947, saat merdeka dari Inggris.(*)

Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2009