Pekanbaru (ANTARA News) - Berdasarkan data yang dihimpun dari lembaga swadaya masyarakat (LSM) Eyes on The Forrest (EoF), sudah 55 orang di Provinsi Riau tewas diterkam harimau Sumatra (Panthera Tigris Sumatrae) dalam dua belas tahun terakhir.

"Konflik antara harimau dan manusia ini juga telah merenggut sekitar 15 satwa berbulu belang," kata Direktur Program Kehutanan WWF Indonesia Ian Kosasih di Pekanbaru, Jumat.

Ian menjelaskan, konflik ini sebagian besar muncul karena habitat alami harimau rusak akibat berubah fungsi menjadi kawasan perkebunan, permukiman dan hak konsesi perusahaan kehutanan.

Berdasarkan data dari EoF diketahui bahwa Sejak tahun 1985 hingga 1997, kawasan tutupan hutan di Riau hanya sekitar 48 persen saja atau tinggal separuhnya saja.

"Kondisi tersebut mengakibatkan meningkatkan konflik harimau dan manusia karena habitat si belang semakin berkurang," katanya.

Ian juga menambahkan populasi harimau Sumatera di Riau pada saat ini hanya sekitar 400 ekor saja.

Menurut aktivis lingkungan ini, langkanya hewan jenis tersebut membuat setiap ekor kematiannya menjadi sebuah tragedi awal kepunahan satwa yang dilindungi itu.

Ia juga menambahkan, hutan Senepis di Riau menjadi kawasan dengan intensitas konflik antara harimau dan manusia tertinggi.

"Setidaknya 147 dari 242 kasus atau 60 persen dari total kasus yang ada di Riau telah terjadi di landscape ini," katanya.
(*)

Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2009